CHEEKY ROMANCE_YOONHAE VER. (4)

Gambar

Author : Nana Lee

Novel Karya : Kim Eun Jeong

Cast :

1.        So Yoon Pyo a.k.a Lee Donghae

2.        Yoo Chae a.k.a Im Yoon Ah

3.        Ki So Yeong a.k.a Kwon Yuri

4.        Oh Hye Rong a.k.a Hwang Tiffany

5.        Kim Dae Joon a.k.a Lee Hyukjae

6.        Yoo Gyu a.k.a Im Sehun

7.        Lim Eun Yi a.k.a Choi Sulli

8.        Kang Hee Jae a.k.a Xi Luhan

9.        PD Nam Guk Hyeok a.k.a PD Cho Kyu Hyun

10.        Eun Sang a.k.a Byun Baekhyun

11.        Suster Lee a.k.a Suster Kim Taeyeon

HAPPY READINGGGGGG………

Larut malam, Yoona duduk di kursi depan sebuah convenient store. Yuri yang hanya memakai sandal jepit duduk dihadapannya dan meletakkan bir, cumi kering, dan jus di meja mereka.

Ckrek.

“Minum.”

Yuri menyodorkan kaleng bir yang sudah ia buka. Yoona mengucapkan ‘thank you’ dengan lemas dan segera menenggak bir itu. Trak ! Yoona lalu meletakkan kaleng birnya ke atas meja dan menyeka mulutnya. Hatinya sedikit lebih lega setelah meminum bir itu dan semangatnya mulai muncul.

“Masa di usiaku ini, aku punya jam malam? Dasar dokter gila, lihat saja, akan kuhancurkan !”

Yoona memegang cumi kering yang sudah disobek tipis-tipis dan disusun di atas meja oleh Yuri dengan tangan bergetar.

“Seharusnya aku juga melihat tayangan itu. Sayang sekali, kemarin aku ada deadline. Bisa lihat di Youtube tidak?”

Yuri kembali menyobek-nyobek cumi kering dan meletakannya di atas meja sambil merasa menyesal karena tidak melihat tayangan itu.

“Kalau kau download, beritahu aku ya. Aku juga ingin mengoleksinya,” Yoona berkata dengan lemas karena sudah berteriak-teriak seharian.

“Jadi, sekarang kau sudah tidak peduli lagi? Tidak peduli apa kata orang? Mau koleksi juga?”

“Masih banyak jalan yang harus kulewati di hidupku ini. Fokusku adalah apa yang ada di hadapan ku saat ini, sementara hal-hal yang lain rasanya ingin kubuang jauh-jauh saja ke luar angkasa. Fiuh…..”

Yoona mendadak merasa menua, ia menggigit cumi keringnya dengan susuah payah. Kemudian, seolah terlintas dipikirannya, ia menatap Yuri lalu menatap perut Yuri.

“Anak itu, bisa saja menjadi anak yang sangat tidak sabaran. Atau anak yang mudah emosi.”

Ia tidak bisa berkata secara langsung bahwa dokter gila itu mungkin saja salah satu dokter yang menjadi donor sperma atas anak yang dikandung Yuri saat ini.

“Kenapa? Kau sekarang punya kekuatan sakti ya? Bisa melihat hal-hal seperti itu?”

Yuri mengelus perutnya dan mendekat pada Yoona dengan mata bersinar-sinar.

“Iya, iya. Kelihatan semuanya.”

Yoona yang merasa lelah secara fisik dan mental menghela napas lalu perlahan memejamkan matanya. Seketika itu juga, Yuri menggenggam tangannya erat-erat dan bertanya, “Anak laki-laki atau perempuan?”

Hah, apa-apaan wanita ini? Yoona mengacuhkan pertanyaan itu. Ia baru saja hendak menghela napasnya ketika tiba-tiba seseorang datang dan mengambil bir yang ada di hadapannya.

“Nuna ! Ibu hamil kan tidak boleh minum bir !”

Ternyata yang datang adalah Dongho, junior adiknya, Sehun, di SMA dulu. Yoona mengerutkan keningnya dan mendongak menatap Dongho. Kebetulan sekali aku sedang kesal, apa kupukul saja anak ini? Tapi malas juga melakukan hal itu.

 

“Kau juga lihat? Memangnya kau tidak belajar saat itu? Tidak mungkin kan sekolah memutar acara itu saat jam pelajaran sekolah.”

Yoona semakin memerosotkan dirinya disandaran kursi dan menatap Dongho. Dongho hanya menghela napas panjang.

“Kurikulum pendidikan di Korea ini sepertinya belum cukup untuk memuaskan rasa ingin tahuku. Aku masih lapar dengan ilmu-ilmu yang lain, Nuna.”

Darimana anak ini mendengar ucapan seperti itu. Dongho mengelus-ngelus perutnya ddan menatap Yoona dengan tatapan anak kecil yang kelaparan. Kemudian ia meminum bir milik Yoona.

“Anak ini benar-benar tidak sopan ya.”

Yoona akhirnya memukul kepala Dongho dan merebut kembali kaleng birnya.

“Sebaiknya kau belajar yang benar di sekolah. Setiap melihatmu, aku khawatir dengan masa depan Korea nanti. Membayangkannya saja membuatku pusing seperti habis memakai kacamata 3D.” Yoona mengangkat tangannya dan menatap Dongho tajam.

“Penasihat psikologisku, Sehun hyungnim saja, presentase kehadirannya hanya 30% selama tiga tahun sekolah. Jadi aku juga……….”

Dongho meletakkan tangannya di dada dan menatap ke langit. Lalu, ia mendapat pukulan lagi dari Yoona.

“Benar. Makanya ia juga menerima pukulanku, 100 kali lebih banyak daripada kau. Kau juga mau? Mau dipukul sekaligus apa di cicil? Tapi cicilannya tidak boleh lebih dari 10 hari ya.”

“Aduh, Nuna ini…..”

Dongho memegangi kepalanya yang terkena pukul dengan wajah yang hampir menangis. Apa ia memukulnya  terlalu keras dengan segala emosinya hari ini? Biarlah, anak ini memang pantas dipukul.

 

“Cepat kau buat daftar nama anak-anak yang hidupnya hancur dan malas-malasan karena anak itu dan berikan padaku. Aku akan mencari mereka satu per satu dan memberitahu bagaimana nasib panutan mereka itu sekarang secara langsung.”

Yoona khawatir masa depan Dongho akan hancur seperti adiknya. Itu berarti tanggung jawab ada pada Sehun, dan itu artinya, dirinya sebagai kakak ikut bertanggung jawab. Sekarang anak itu pasti sedang keluyuran tanpa tujuan di suatu tempat. Benar-benar anak yang menyusahkan.

Yoona kembali meminum bir yang ia rebut kembali dari Dongho. Dongho segera merebut kembali kaleng bir itu.

“Duh, Nuna ! Sudah kubilangkan tidak boleh minum bir ! Pokoknya aku akan ikut menjaga bayi ini.”

Sesaat Yoona merasa terharu meskipun anak ini bukanlah siapa-siapa dan ia pun tidak hamil.

“Memangnya kau ini siapa?”

Yuri yang sejak tadi hanya mengawasi mereka, bertanya dengan wajah tertarik dan ingin tahu. Dongho kemudian menatap ke langit, meluruskan tangannya membentuk angka 11 dan berkata.

“Aku ini adalah penjaga yang akan menjaga sang ibu hamil nasional, Yoona Nuna !”

“Pmff ! Ibu hamil nasional?! Huahaha !”

Yuri terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Kemudian Dongho menatap Yoona masih dengan gaya Ultraman-nya.

“Kau tidak tahu? Sudah tersebar di internet, lho.”

“Apa? Kurang ajar !”

Yoona segera berdiri dari kursinya. Saat itu juga, ia mendapat telepon dari kantornya.

“Kau benar-benar tidak akan mengklarifikasi hal ini? Katanya kau tidak hamil !”

Yoona yang tadinya ingin marah-marah langsung terdiam mendengar perkataan salah satu karyawan kantornya.

“Kau tahu kan, tidak mudah mengklarifikasi hal ini karena berkaitan dengan dokter kandungan.”

Apa-apaan lagi ini, setelah surat permohonan maaf, sekarang ia harus menyerahkan bukti tertulis juga bahwa ia tidak hamil? Rasanya orang-orang itu semua harus terus mengawasinya selama 10 bulan ke depan agar tahu fakta yang sebenarnya.

“Pokoknya aku akan membuktikan bahwa aku ini tidak hamil !”

Yoona menutup telepon itu dan napasnya terengah-engah karena emosi. Lihat saja, 10 bulan atau satu tahun lagi. Tidak aka nada bayi atau apapun yang ia lahirkan ! Keterlaluan !

……….

Donghae baru saja selesai memeriksa pasien-pasiennya dan keluar dari kamar rawat ketika seorang siswa SMP menyodorkan selembar kertas padanya. Ia terkejut dan menatap anak itu dengan binggung.

“Tolong tanda tangan disini.”

“Apa?”

Beberapa dokter dan Suster Kim yang ada dibelakangnya diam-diam tertawa.

“Aku melihat dokter di TV. Keren sekali.”

Siswi SMP itu memandang dengan kagum dan memberikan jempolnya. Barulah Donghae teringat akan kejadian kemarin. Sepertinya ia tidak melakukan hal-hal yang hebat.

“Dokter sudah menjadi ‘dokter nasional’.”

Donghae akhirnya memberikan tanda tangannya pada siswi SMP itu dan melangkahkan kakinya. Tiba-tiab Suster Kim berbisik padanya, “Dokter nasional? Setelah ada atlet nasional, MC nasional, sekarang ada dokter nasional?”

“Bagaimana orang-orang bisa tahu tempat kerjaku hanya dengan melihat wajahku sekilas di TV ya? Semua penduduk Korea ini memang seperti detektif ya? Hebat.”

Eunhyuk yang ia temui di teras bertepuk tangan dengan kagum.

“Hebat. Mengingatkan seorang reporter yang sedang syuting acara siaran langsung, mengesankan. Hebat.”

Dokter-dokter yang berpapasan dengannya juga memberinya tepuk tangan.

“Kau sebenarnya hanya bercanda dengan wanita itu kan? Lalu pergi meninggalkannya begitu saja.”

Donghae tersenyum pahit. Kalau sudah urusan bayi, ia memang selalu bertindak cepat seperti ini, tanpa memikirkan akibatnya nanti. Kini ia merasa tidak tenang karena sepertinya dialah yang menyebabkan acara siaran langsung itu kacau.

“Bagaimana dengan si ibu hamil nasional itu ya?” Eunhyuk bergumam penasaran sambil melontarkan istilah yang terdengar asing itu.

“Ibu hamil nasional?”

“Iya,, kalau ada dokter nasional, berarti pasiennya adalah ibu hamil nasional kan?”

“Tapi dia bukan pasienku….”

Aneh rasanya. Donghae baru sadar. Saat itu, reporter itu bersikeras mengatakan bahwa ia tidak hamil, berarti bisa saja kalau reporter itu belum menikah. Apa tidak apa-apa jika ia dipanggil ‘ibu hamil nasional?’

 

“Sepertinya identitas pribadi wanita itu sudah tersebar sekarang.”

“Oh ya?”

Zaman sekarang, banyak orang yang kondisinya semakin buruk jika terlibat situasi seperti ini. Donghae mulai khawatir, jangan-jangan sebutan ini juga akan merugikan wanita itu.

“Aku sudah tahu kau akan membuat masalah karena sifatmu yang tidak sabaran itu. Sikapmu saat itu benar-benar berlebihan…” Eunhyuk berkata dengan terus terang pada Donghae. Benar juga…. Apa sifatnya yang tidak sabaran itu termasuk salah satu penyakit? Ia sering kali marah-marah pada pasien yang ia anggap keterlaluan. Apakah pada akhirnya ia malah menghancurkan hidup pasiennya itu? Tetapi bagaimana caranya mengubah sikap yang tidak sabaran ini? Donghae memandang kearah gunung jauh dihadapannya dan menghela napas. Saat itu, Suster Kim melongokkan kepalanya ke teras dan memanggil Donghae.

“Dokter Lee !”

Donghae segera menoleh kearah perawat itu.

“Kepala rumah sakit ingin bertemu dengan Anda.”

“Menemuiku?”

Donghae terkejut dan bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Perawat itu mengangguk. Sepertinya ia tidak ada urusan dengan kepala rumah sakit. Donghae panik dan menoleh kearah Eunhyuk yang membuat gerakan memotong lehernya sendiri dengan wajah cemas. Mana mungkin…..

Donghae mengetuk pintu ruangan kepala rumah sakit dan terdengan jawaban ya dari dalam ruangan itu. Donghae membuka pintu dengan gugup. Kemudian, beberapa anggota komite rumah sakit yang duduk di sofa ruangan itu langsung memandang ke arahnya. Donghae membungkuk 90 derajat untuk memberi salam kepada mereka dan semakin tegang. Ia menarik napas panjang.

“Duduk.”

Kepala rumah sakit itu menunjuk kearah tempat duduk Donghae. Donghae duduk di tempat yang sudah ditentukan itu dengan hati-hati. Ini bukan pertemuan untuk mambahas masalah etika kedokteran atau sejenisnya kan? Donghae duduk dengan wajah gugup dan sekilas melirik kearah anggota komite yang lain. Mereka memandang Donghae dengan puas. Sepertinya bukan sesuatu yang buruk.

“Kemarin kami melihat aksi beranimu di TV.”

Aksi berani? Ah, masalah itu? Donghae merasa semakin panik.

“Saya mohon maaf apabila mencemarkan nama rumah sakit……”

“Tidak. Justru citra bagian spesialis kandungan di rumah sakit ini semakin membaik berkat kau. Rasanya aku ingin ikut memajang nama rumah sakit disamping wajahmu. Hahaha.”

Kepala rumah sakit tersenyum puas.

“Ya?”

“Banyak orang yang mengenali wajahmu dan memuji-mujimu. Katanya kau ini adalah dokter yang memperhatikan setiap pasiennya sampai hal-hal sepela seperti itu. Meskipun semua dokter dibidang lain pun bersikap begitu, namun karena kau dokter kandungan, jadi kesannya lebih mendalam.”

“Ah, begitu rupanya.”

Donghae masih tetap panik.

“Bahkan reputasi dokter kandungan juga ikut membaik. Oleh karena itu, kesempatan yang tadinya akan diberikan ke bagian spesalis bedah, sekarang akan diberikan ke bagian spesialis kandungan.”

Donghae sekilas dapat melihat wajah ketua dokter spesialis bedah yang terlihat tidak senang. Ada apa lagi ini? Selama ini Donghae selalu berhatihati agar jangan sampai orang lain memperlakukannya secara khusus karena ibunya adalah direktur yayasan ini. Namun, sekarang malah ada satu rencana yang sampai berubah hanya karena dirinya dan ia tidak suka dengan hal ini.

“Beberapa waktu yang lalu, ada tawaran dari stasiun TV untuk membuat acara dokumenter kedokteran. Tadinya akan kita fokuskan ke bagian spesialis bedah, sekalian untuk mempromosikan rumah sakit ini. Kau juga pernah lihat kan? Semacam serial drama kedokteran seperti itu.”

“Ya.”

“Sekarang kita akan fokuskan pada bagian spesialis kandungan. Dokter kepala di bagian kandungan dan kau sebagai dokter muda yang akan memegang peran utama. Mohon kerja samanya.”

Kepala rumah sakit itu memandang Donghae dengan penuh rasa percaya.

“Bagaimana saya bisa melakukan……”

Ketua dokter spesialis kandungan itu melanjutkan ucapan Donghae yang terdiam dan bingung.

“Daripada dokter tua seperti kami yang memegang peran utama, lebih baik dokter muda seperti kau yang memegang peranan utama tersebut. Lagi pula, pasti akan lebih enak dilihat. Kalau ada masalah atau sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, langsung katakan saja. Aku akan selalu berdiskusi dengan kepala rumah sakit dan membantumu menghasilkan suatu karya yang hebat.”

Keinginan ketua dokter spesialis kandungan itu terlihat berapi-api. Sepertinya ia senang sekali karena kesempatan yang tadinya akan diberikan ke bagian bedah kini jatuh ke tangannya.

“Tapi saya tidak pernah melakukan hal seperti itu…..”

Meskipun ini semua karena acara siaran langsung itu, ia masih merasa ada pengaruh ibunya dalam masalah ini. Ia mulai curiga, jangan-jangan ibunya sudah merencanakan semua ini sejak kemarin.

“Memang siapa yang sudah mencobanya? Orang dari stasiun TV akan datang membantumu, kau vukup berdiskusi dengan mereka sambil menjalankan proyek ini. Bagaimana kau bisa kan?”

Kepala rumah sakit itu tertawa senang. Donghae terlihat ragu. Bukankah sebaiknya ia menolak tawaran ini?

“Jangan menolak kesempatan ini. Kalau kau menolak, proyek ini terpaksa akan dialihkan ke bagian lain.”

Kepala rumah sakit berkata dengan tegas, seolah bisa membaca pikiran Donghae. Kemudian, dokter kepala bagian kandungan memberinya tatapan penuh makna, tatapan yang menyuruhnya untuk menerima tawaran itu. Donghae yang panik hanya menundukkan kepalanya.

“Ba, baiklah. Saya akan melakukannya.”

“Bagus. Aku benar-benar percaya padamu.”

Kepala rumah sakit itu menepuk pundak Donghae dengan wajah puas. Sementara dokter kepala bagian kandungan menatapnya bangga.

Donhae yang keluar ruangan kepala rumah sakit berjalan beriringan dengan ketua dokter spesialis kandungan kearah ruangan dokter itu.

“Ini benar-benar kesempatan yang bagus. Kalau peminat di bagian kandungan rumah sakit ini semakin banyak, maka gedung yang baru dibangun itu nanti bisa dipakai olah bagian kita.”

Itu artinya Donghae harus bersungguh-sungguh dalam proyek.

“tadinya kau sudah kecewa pada proyek ini, gedung baru, dan sepertinya semuanya diberikan kepada bagian bedah. Tapi syukurlah, berkat kau kita bisa mendapat kesempatan ini.”

Dokter itu ikut menepuk-nepuk pundak Donghae seperti kepala rumah sakit tadi. Ia tidak menyangka kecelakaan ditengan siaran langsung itu malah membuatnya dipuja-puja seperti ini. Kemudian, ia teringat dengan reporter yang identitas pribadinya itu tersebar. Bagaimana dengan wanita itu ya? Yang pasti ia tidak akan mendapat keuntungan seperti ini.

 

“Semoga acara dokumenter ini sukses dan nanti kita bisa pindah ke gedung baru.”

Dokter itu tersenyum bangga pada Donghae dan masuk keruangannya. Donghae menatap pintu ruangan yang tertutup itu dan semakin tidak tahu harus berbuat apa. Baginya, kejadian kemarin sudah cukup untuk memberinya pengalaman masuk TV.

Selama ini ia hidup dengan bendera ‘anak dari ketua yayasan’ di atas kepalanya dan ia paling tidak suka apabila tatapan orang-orang tertuju padanya karena hal ini. Ia ingin dilihat oleh orang lain karena kemampuannya. Namun sepertinya, penilaian orang terhadap dirinya tetap dipengaruhi oleh pandangan bahwa ia adalah anak ketua yayasan rumah sakit itu. Itulah sebabnya ia ingin mendapat penilaian yang sama seperti orang-orang yang lain. Itu saja. Tetapi, sekarang ia malah diminta tampil di sebuah acara dokumenter. Benar-benar jauh dari keinginannya.

……….

Yoona terlambat pergi ke kantor. Ia berlari tergesa-gesa menuju halte bus. Ketika ia hamper sampai di halte bus itu, terlihat bus yang harus ia naiki hamper berangkat meninggalkan halte.

“Tunggu bus !” Yoona berlari sekuat tenaga dan berteriak kearah bus itu. Ia mengetuk-ngetuk pintu bus yang sudah setengah jalan itu sampai bus itu berhenti dan pintunya terbuka kembali.

“Terima kasih.” Yoona berkata pada sopir bus dengan napas tersengal-sengal dan menyeruak masuk ke dalam bus yang cukup penuh itu.

“Permisi, maaf. Saya mau lewat sebentar.”

Yoona meminta maaf ke kanan kirinya dan berjalan diantara orang-orang yang berdiri di bus itu. Orang-orang di bus itu sekilas melirik kearah Yoona. Kemudian, salah seorang mahasiswa yang sedang asyik tertawa sambil menatap smartphone-nya sekilas menoleh pada Yoona dan menatap smartphone-nya lagi. Kemudian ia terkejut dan segera berdiri dari duduknya.

“Silahkan duduk disini,” mahasiswa itu buru-buru  memberikan tempat duduknya pada Yoona.

“Ya? Ah, tidak apa-apa. Terima kasih.”

Rasanya ia masih terlalu muda untuk diberi tempat duduk seperti itu, pikir Yoona. Kemudian mahasiswa itu kembali mengecek smartphone-nya dan kembali berkata dengan sopan pada Yoona.

“Tidak apa-apa. Anda kan sedang kurang enak badan juga, silahkan duduk.”

“Ya?” Yoona menatap mahasiswa itu dengan bingung, sementara mahasiswa itu memaksa Yoona untuk duduk.

“Barusan aku lihat di internet. Si ibu hamil nasional, benar kan?”

“Apa?”

Sial !  Yoona baru saja hendak berkata ‘tidak’ tapi orang-orang di sekelilingnya sudah mulai berbisik-bisik dan memandanginya.

“Wah, benar.”

“Iya, aku juga lihat kemarin.”

“Ia makan segala macam, padahal sedang hamil. Mungkin sedang ngidam ya.”

“Kelihatanya sih biasa saja, tapi coba dong belajar sedikit. Ckckck.”

“Meskipun begitu, harusnya ia tahu kan kalau ibu hamil itu tidak boleh minum alkohol?”

“Bukan salahnya juga sih kalau ia tidak tahu.”

“Kalau perutnya seperti itu, sudah berapa bulan ya?”

“Hmm, tiga bulan?”

Tiba-tiba saja tatapan orang-orang tertuju pada perutnya. Yoona sangat kesal dan marah sampai ia tidak bisa berkata apa-apa. Seenaknya saja melihat perut orang seperti itu………. Lali ia tidak sengaja bertatapan dengan seorang tua yang menatapnya tajam.

“Ikan fugu dan kacang merah itu tidak baik. Apalagi alkohol !”

Orang tua itu mengangkat jari telunjuknya dan menggoyang-goyangkannya di depan Yoona. Meskipun ia merasa bersalah pada orang tua itu, tetapi sepertinya sudah saatnya ia mati. Bukan orang tua itu, melainkan dirinya sendiri. Yoona yang dipermalukan banyak orang dalam bus itu tidak bisa berkata apa-apa dan ia hanya mengalihkan pandangannya ke luar jendela sambil memeluk tasnya. Kemudian ia bertatapan dengan mahasiswa yang tadinya memberikan tempat duduk padanya. Ia sedang memandang kearah Yoona dengan wajah ramah. Yoona tersenyum kaku pada mahasiswa itu dan kembali menyandarkan kepalanya ke jendela bus itu.

Yoona akhirnya tiba dikantor setelah diperlakukan seperti ibu hamil di sepanjang perjalanan. Disambut dengan tatapan dingin dari rekan kerjanya, ia duduk di mejanya dan menyalakan komputernya.

.

.

.

  • Ibu hamil nasional. Biar kami yang menjaga anak itu. Seluruh Korea menjadi penjaga wanita itu.

.

.

.

Di bawah artikel itu, terpampang foto orang-orang mulai dari usia SD sampai setengah baya dengan berbagai pose pahlawan. Ada juga foto orang yang bahkan sampai memakai kostum warna-warni seperti pahlawan yang berpose di depan patung ibu sebagai lambang kesuburan.

Yoona menggigit-gigit jarinya dengan kesal sambil memperhatikan layar komputernya. Akhirnya, ia menemukan foto wajah dokter gila dari cuplikan acaranya itu dan menusuk-nusuk foto itu dengan ujung pensilnya. Tiba-tiba terdengar suara ketua bagian reporter memanggilnya.

“Hai ! Sang Ibu Hamil Nasional !”

“Ya !” Yoona langsung berdiri dan menjawab karena terkejut.

“Huahaha !”

Seketika itu juga, satu ruangan itu dipenuhi dengan gelak tawa rekan-rekannya. Lagi-lagi ia dipermalukan seperti ini. Ketua reporter yang menatapnya dengan prihatin memberikan isyarat dengan tangannya.

“Ke ruanganku sekarang.”

“Baik.”

Yoona yang sudah siap mati, berjalan kearah ruangan atasannya itu.

“Kau pindah dulu ke kantor cabang, ya.”

“Apa?”

Akhirnya, apa ini artinya ia di pecat? Yoona menunduk karena tidak berani menatap atasannya. Atasannya terlihat benar-benar menyeramkan saat itu.

“Kalau kantor cabang, di…….”

“Bukankah tempatnya tidak terlalu penting?”

Yoona semakin takut dan gugup, apalagi karena ia tidak pernah melihat atasannya semenyeramkan ini sebelumnya.

“Kau telah merusak nama baik kita sebagai presenter. Kau tahu itu kan?”

Ucapan yang sama terulang lagi. Kalau ini dianggap sebagai kesalahannya, sebenarnya ia hanya pergi ke dokter kandungan bersama Yuri. Apa itu termasuk suatu kesalahan yang benar-benar tidak termaafkan?

“Kalau ada kantor cabang tertentu yang kau inginkan pun, aku tidak berniat mengirimu ke sana. Jadi, sekarang cepat kemasi barang-barangmu, kau masih beruntung karena masalah ini juga tidak sepenuhnya disebabkan oleh dirimu sendiri, jadi kita tuntaskan urusan ini sampai disini saja. Hati-hati, jangan sampai kau membuat masalah lagi di sana.”

Rupanya ia akhirya tersingkirkan seperti ini. Yoona sadar bahwa meskipun mudah baginya untuk turun, namun sangat sulit baginya untuk naik dalam dunia kerjanya ini dan hal ini membuat dadanya sesak. Apalagi selama ini ia belum menunjukkan kemampuannya yang maksimal. Tanpa sadar hidungnya memerah karena dilanda rasa sedih yang luar biasa. Ia menegarkan tatapan matanya untuk menahan tangis yang rasanya hampir keluar dari matanya. Ini semua gara-gara dokter gila itu.

……….

Begitu selesai praktik, Donghae iseng menyalakan internet. Ia tidak pernah iseng-iseng membuka artikel gossip di internet sebelumnya, sehinnga saat melihat tulisan-tulisan itu, ia tidak tahu apakah semua itu berita betulan atau hanya omong kosong belaka.

.

.

.

  • Si ibu hamil nasional yang merusak citra baik reporter
  • Ibu hamil nasional “menggali” status reporter. Mau digali sampai mana? Lalu apa yang didapat? Rasa malu?
  • Saya juga ibu hamil. Kenapa harus malu?

.

.

.

Bahkan ada artikel yang memastikan kalau nama wanita itu adalah Yoona. Banyak juga tanggapan dari masyarakat mengenai hal ini. Entah apa karena wajah mereka tidak terlihat, mereka berani mengungkapkan pendapat mereka dengan lebih bebas dan blak-blakkan. Sampai ada video dan foto tentang pahlawan pelindung ibu hamil nasional. Bahkan ada foto sekelompok laki-laki memakai kostum dokter dan bergaya seperti tokoh animasi Gatchaman. Donghae tertawa melihatnya. Kemudian ia membaca sebuah artikel.

.

.

.

Ibu hamil nasional, si mesin pembuat surat permohonan maaf. Tugasnya di kantor saat ini adalah menulis surat permohonan maaf. Beberapa waktu yang lalu, ia juga disuruh menulis surat permohonan maaf karena memaki-maki mantan pacarnya melalui situs jejaring kantor, dan sekarang…

.

.

.

Hah? Jadi ia wanita seperti itu? Ternyata ada reporter yang sikapnya seperti ini? Tadinya ia merasa bersalah pada wanita itu, tetapi setelah mengetahui bahwa sikap dan pandangan orang-orang tentang wanita itu juga tidak terlalu baik, rasa bersalahnya langsung berkurang setengahnya. Seandainya saja masalah ini tidak melibatkan dirinya, mungkin ia bisa dengan mudah melupakan wanita itu. Tetap saja Donghae terus teringat akan wanita itu dan hatinya tidak tenang. Apa boleh buat, ini memang kesalahannya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah melakukan hal ini pada satu pun pasiennya. Bagaimana ini?

Saat jam pulang kantor, Donghae keluar dari rumah sakit dengan langkah gontai. Ia berjalan menuju tempat parkir dan melihat Tiffany berjalan didepannya. Merasa senang melihat Tiffany, Donghae segera berlari menghampirinya dan berjalan disampingnya.  Tiffany sempat terkejut, namun kemudian tertawa setelah mengetahui bahwa Donghae yang menghampirinya.

“Katanya acara dokumenter itu mau dibuat di bagian kita, ya?” Tiffany bertanya dengan penuh rasa indin tahu. Namun, donghae tidak terlalu gembira mendengar pertayaan itu. Ia memikirkan sesibuk apa dirinya nanti, mengurus setip pasiennya saja sudah membuatnya pusing, kini seolah beban tugasnya bertambah satu, belum lagi masalah reporter itu.

“Katanya begitu. Tapi menurutku proyek ini hanya akan mengganggu aktivitas rumah sakit saja,” suaranya benar-benar terdengar kesal.

“Bukankah kau yang mendapat spotlight, setelah ketua dokter kita?”

“Spotlight apanya. Mereka hanya ingin menjual wajahku saja, makanya disuruh banyak muncul di depan kamera.”

“Meskipun begitu, kau harus bersunggug-sungguh di proyek ini. Sebentar lagi ketua dokter itu akan naik pangkat, mungkin saja ia sudah berencana menunjukmu untuk menggantikan dirinya.”

Ternyata benar  otak wanita itu memang bekarja lebih cepat.

 

“Begitu kah?” Donghae menggigit bibirnya. Kemudian ia mengeryitkan dahinya.

“Entahlah. Aku hanya ingin serius menjalankan tugasku.”

Yang penting adalah kemampuanku. Aku tidak terlalu menginginkan jabatan atau apapun itu.

 

“Itu sebabnya ia senang denganmu.”

Tiffany menggandengkan lengannya pada Donghae. Donghae terkejut karena tidak biasanya Tiffany melakukan skinship seperti ini. Meskipun begitu, hatinya senang.

“Sayang sekali kita tidak bisa pulang bersama hari ini,” Tiffany berkata dengan sedih. Sampai kemarin pun, Tiffany tinggal disebuah rumah sewaan disebelah rumah Donghae. Namun karena ayahnya sakit, kini ia kembali tinggal dirumah orang tuannya.

“Benar juga. Padahal selama ini kita selalu berangkat dan pulang bersama. Bagaimana kondisi ayahmu?” Donghae menatap Tiffany dengan khawatir.

“Sepertinya beliau kesepian karena ibu meninggal.”

Tiffany tersenyum hampa pada Donghae. Donghae tidak tega melihat Tiffany seperti itu.

“Kapan-kapan, ajaklah ayahmu datang ke tempatku. Kusiapkan makan malam yang lezat.”

“Benarkah?”

Wajah Tiffany langsung cerah seketika. Ia senang dengan gadis yang tidak pernah basa-basi ini. Ia iri dengan sifat Tiffany yang selalu bisa mengutarakan dengan jujur apa yang ia rasakan. Meskipun dirinya juga bisa bersikap ramah pada pasiennya- walaupun terlalu ramahnya sampai menimbulkan masalah- , sepertinya ia bersikap lebih dingin di kehidupan pribadinya. Bukan sekali dua kali ia kesal karena sulit mengutarakan perasaanya sendiri. Hubungannya dengan ibunya yang semakin menjauh sepertinya karena sifatnya itu.

.

.

.

……….

.

.

.

Yoona dipindahkan ke kantor stasiun TV Wonju. Waktu yang ia perlukan untuk pulang pergi saja lebih dari dua jam. Baik Yoona maupun pihak Wonju sama-sama terkejut mendengar keputusan ini.

Pertama, Yoona tidak sanggup membiayai tempat tinggalnya disana, sementara officetel yang disediakan khusus karyawan sudah penuh. Mau tidak mau, Yoona terpaksa pulang pergi selama beberapa saat sambil mencari kamar dengan harga yang murah. Namun, sepertinya ia juga tidak memiliki banyak waktu sampai bisa berkeliling mencari rumah seperti itu. Dari hari pertamanya saja, Yoona sudah mendapat cobaan. Kakinya bergetar dan keringatnya mengucur di seluruh tubuhnya karena disuruh pergi kesana kemari seharian. Jadi, seperti ini cara menyambut karyawan baru?

PD yang bahkan ia tidak kenal tiba-tiba menyodorkan gaun ala tuan puteri padanya.

“Untuk program daerah kami, ‘Manusia Luar Biasa’. Syutingnya hari ini karena tiba-tiba asisten reporter yang biasa membawakan acara ini tidak bisa hadir karena sakit. Pembawa acara utamanya adalah Oh Gyeong Taek. Kau cukup memakai pakaian ini dan berdiri disebelahnya.

Begitu mendengar nama acaranya, Yoona berharap kalau PD itu hanya bercanda. Ia tahu kalau setiap daerah memiliki acara masing-masing. Tentu saja ia juga tahu kalau acara ini termasuk acara utama di daerah Wonju ini. Acara yang berada di antara garis batas antara “acara aneh” dan “acara layanan masyrakat” yang sepertinya tidak mendapat keuntungan. Sesuai namanya, acara ini mencari hal-hal aneh yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh manusia, mungkin bisa dikatakan semacam acara uji coba? Pernah ada seorang comedian yang membawakan acara ini dan mengundurkan diri karena muak dengan isi acaranya. Saat itu, katanya ia hampir ditusuk oleh seorang Anti-Fan nya saat sedang makan. Meskipun begitu, untuk skala TV daerah, acara ini termasuk acara yang digemari dan bertahan  sampai sekarang.

Untungnya, Yoona tidak ditunjuk untuk menjadi reporter tetap di acara itu. Namun, ini awal mula cobaanya hari itu. Setelah berkali kali mendapat teguran karena tidak memakai kostum itu dan hanya menentengnya kesana kemari, akhirnya Yoona memakai kostum itu di kamar mandi yang sempit. Yoona menyadari bahwa jika dia berada di tempat ini terus menerus, maka ia tidak pernah akan kembali ke pekerjaannya yang dulu. Yoona teringat akan dirinya yang membawakan acara berita pukul Sembilan pagi dan menggertakan giginya dengan geram ditempat yang dipenuhi bau ammonia itu.

“Sepertinya ia berpacaran dengan calon suaminya itu, tapi malah terlanjur hamil. Apa gunanya presenter itu, seharusnya dipecat saja…..”

Suara PD yang bertanggung jawab atas acara itu tanpa sengaja terdengar oleh Yoona. Ia rasanya ingin segera berteriak dan membantah itu semua. Namun, ia memutuskan untuk bersabar. Sepertinya, ia harus menanamkan kata sabar dalam dalam di otaknya untuk bertahan melewati satu hari ini.

Yoona menatap cermin dan berusaha menarik otot-otot wajahnya untuk tersenyum. Kemudian ia memakai topi yang sejak tadi ia bawa. Ia mengikatkan bentuk pita dari tali topi itu dibawah dagunya dan seketika ia terlihat seperti boneka tuan puteri dari zaman perang 100 tahun yang lalu. Ditambah lagi, ia harus mengenakan panier berbentuk lonceng besar di dalam gaunnya, yang membuatnya terpaksa duduk di bagian paling belakang van selama perjalanan ke lokasi syuting.

Lokasi syuting hari itu adalah sebuah taman bermain yang sedang mengadakan festival bunga. Dalam perjalanan, PD itu memberikan pengarahan singkat bahwa di festival itu ada acara cosplay.

Setelah tiba di lokasi, Yoona merasa bersyukur karena ia hanya mengenakan gaun. Orang-orang di sekelilingnya terlihat seperti makhluk dari planet lain atau alien yang sedang mengunjungi bumi.

“Kita akan meliput suasana lokasi kontes cosplay ini, jadi kau ikuti saja Gyeong Taek baik-baik,” PD itu sekali lagi mengingatkan Yoona.

“Baiklah.” Yoona mengangguk patuh. Syuting pun dimulai.

“Pemirsa, sekarang kami telah tiba di lokasi kontes cosplay yang di adakan setiap tahun ditempat ini. Kabarnya banyak peserta yang dulu tampil di acara ‘Manusia Luar Biasa’ dan sekarang ikut menjadi peserta kontes cosplay ini. Semuanya benar-benar ramai ya, Yoona-shii?” Gyeong Taek yang memakai kostum seperti pangeran itu bertanya sambil tersenyum pada Yoona.

“Iya, benar….”

“Nah , sekarag mari kita lihat ada siapa saja di kontes ini. Let’s go !” Gyeong Taek langsung berseru ‘let’s go!’ bahkan sebelum Yoona menyelesaikan ucapannya dan segera membalikkan badannya. Yoona hanya tertawa kaku ’hohoho’ dan mengikuti rekannya itu.

Setelah sekitar dua jam tidak berkata apa-apa dan hanya mengikuti pembawa acara itu kesana kemari, kakinya mulai lemas dan berkeringat. Gaus berlapis yang ia kenakan mulai menempel di tubuhnya dan panier yang ia pakai di pinggangnya itu selalu terayun ayun setiap ia berjalan, membuatnya tidak nyaman.

Saat jam istiharat, Yoona duduk di sebelah Gyeong Taek sambil membuka topinya dan sibuk mengipasi dirinya sendiri. Tiba-tiba sekelompok anak kecil datang menghampiri mereka.

“Gyeon Taek ahjussi, minta tanda tangannya ya.”

“Kau benar Gyeong Taek ahjussi kan? Nenekku adalah penggemar berat Ahjussi.”

“Ahjussi, minggu depan Ahjussi syuting tentang apa?”

Sepertinya, Gyeong Taek ini cukup terkenal sampai anak-anak ini mengenalinya dan menyodorkan selembar kertas untuk tanda tangan sambil bertanya macam-macam. Otomatis Yoona menyingkir beberapa centi dari sebelah Gyeong Taek. Jujur saja, ia bukannya sama sekali tidak menganggap kantor TV ini satu level lebih rendah karena berada di daerah, melainkan setelah melihat pembawa acara tetap di acara ini, ia mulai berpikir, sepertinya menarik juga bekerja di daerah seperti ini. Meskipun, kedudukannya mungkin akan semakin kecil di tempat ini, apa sebaiknya ia menunjukkan kembali semangatnya yang berapi-api seperti dulu? Yoona hanya tersenyum kecil melihat anak-anak yang mengantri meminta tanda tangan.

“Hari ini tidak ada Hyong Eun ahjumma, ya? Kemana dia?” Tanya seorang anak kepada Gyeong Taek.

“Iya, Ahjumma itu sedang sakit, jadi sekarang ada ahjumma baru yang menggantikannya.”

 

Memangnya dia kira aku ini suku cadang? Ahjumma baru? Yoona yang merasa dirinya bukan seorang ahjumma mendengus pelan. Ya sudahlah, toh ia sudah pernah di panggil ‘ibu hamil nasional’ juga.

“Wah, ada ahjumma baru. Tapi, aku sebal. Kenapa selalu ahjumma seperti ini yang masuk ke TV daerah? Aku tidak suka !”

Meskipun yang mengatakan hal itu adalah anak sekolah dasar yang asal bicara tanpa mempedulikan perasaan lawan bicaranya, tetap saja Yoona merasa kesal.

“Lho, ahjumma ini sangat terkenal lho di Seoul.”

Entah apa karena Gyeong Taek tidak suka kalau TV daerah di olok-olok, ia berbicara sambil membelalakkan matanya kearah anak-anak itu.

“Seoul? Tapi aku tidak pernah melihatnya di acara lain,” seorang anak perempuan berkata dengan ketus.

“Anak-anak, coba lihat. Kalian tidak tahu ahjumma ini? Padahal kemarin ia sering muncul di TV lho?” Gyeong Taek berkata dengan bangga pada anak-anak itu. Sementara Yoona mula merasa cemas. Kejadian itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan.

“Di mana?”

“Acara ‘Berburu Informasi LIVE’.”

“Berburu… Informasi?”

Kini anak-anak itu beralih menatap Yoona dengan tajam. Yoona merasa seperti boneka voodoo yang ditusuk-tusuk oleh jarum. Di saat-saat seperti ini, ia baru menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mengalihkan pembicaraan. Sementara sensor di dalam tubuhnya sudah memerintahkannya untuk berbalik dan melarikan diri dari tempat itu. Yoona segera membalikkan wajahnya menghadap kearah lain.

“Ahjumma ini kan punya julukan terkenal. Ibu……..”

“Ah iya ! Si ibu hamil nasional ! Benar kan?”

.

.

.

.

.

.

.TBC

LEAVE YOUR COMMENT…………….

Pos ini dipublikasikan di yoonhae dan tag . Tandai permalink.

42 Balasan ke CHEEKY ROMANCE_YOONHAE VER. (4)

  1. lisa berkata:

    kelanjutannya jgan lama” ya thor

  2. emaesa berkata:

    yaampun uthor aku ga baca dari pc tulisannya ga kliatan gara2 backgroundnya huhuhuuhu

  3. Lee Sichacha berkata:

    Kasian yoona dimana” dipojokin terus 😦
    Thor part 5nya diringanin dikit yaa beban yoona kagak tega ngeliatnya
    Lanjut thor!!!

  4. emaesa berkata:

    hahaha ada ada aja nih authornya ,, ibu hamil nasional ,, kakkaka
    ksian yoona nya u,u ..

    lanjut author ..
    keren deh ni epepe ^^

  5. friska berkata:

    kasian amat hidup yoona
    smpe kpan dya hrus bersbar
    sbar ya yoona eonnie

  6. nami yuri berkata:

    Lanjut thor

  7. eilistha berkata:

    kshn bgt yoona..
    mkin seruu
    di tnggu lnjutan nya..

  8. wulandariiyang berkata:

    wah annyeong aku reader bru di blog ini..dan bru sempet bca..’part 1 ny aj aku belum bca…
    Ff ny bagus,menarik..tapi aku belum maksud sma cerita ny karna aku belum bc part awal..sooo ijin bc part1 ny dlu yah..

  9. Citragita berkata:

    Duhh Yoong hidupmu jauh dari kata beruntung, entar dikantornya yang baru aku yakin pasti si yoong di suruh inilah itulah hiuh
    Entar pasti Hae sama Yoong terlibat dalam satu acara yg sama hehe
    Next chap jangan lama-lama thor^^

  10. Lawliet berkata:

    Hidup yoona menderita banget! Si donghae kenapa gak bertanggung jawab banget! Jd geregatan bacanya. Lanjut!

  11. Lin berkata:

    Semakin kasian ma hidup yoona…
    Next jgn lama”

  12. regina berkata:

    Lucky donghae and Poor yoona 😦
    Hidupnya yoona menderita amat ya dr awal cerita kisah hidupnya ga menyenangkan,meskipun skrg statusnya dia adalah karyawan ‘buangan’ moga2 aja yoona bs bangkit dr keterpurukkan dan mgkn aja dia bs jd terkenal di tmptnya yg baru dan karirnya lbh baik 🙂
    Donghae bnr2 tuh hrs tanggung jawab ama hidupnya yoona skrg, thor jgn bikin Yoona terlalu menderita bgt dg kasian, next gomawo 😉

  13. Santi PyrotecnicsElfYoonhaesuju berkata:

    Kasian yoong kayaknya menderita bgt, oha YoonHae momentnya jarang ya pa novelnya mang gtu, trus nanti hae ma fany putuskan dan hae mencintai yoong kan, smga part slnjutnya ada YoonHae momentnya dri aku blbca dari part pertmna YoonHae momentnya cuma ada di part 3 doang masa ><
    part slnjutnya jangan lma" ya thor^^

  14. inggridAnjani berkata:

    Nunggu moment yoona ketemu donghaenya. Ditunggu

  15. muslimahhusin berkata:

    Kesian bgt yoona, dimana dimana jd bhan olok2an. .
    Knpa ga brenti aja krja jd reporter?!

    Sdngkan donghae dipuja puja krna aksi heroik nya. .

    Tp keren thor, next part yah

  16. vhya elfishyoonaddict pyrotechnic berkata:

    Aigoo….
    Poor yoona T.T
    disini dihina disana dihina.
    Ngenes deh, baca nih ff.

    Next.

  17. LoveLy_pyRos berkata:

    ya,ampun yoona kzian bGt..!? hrz’y yoona jngn diem ja dia kN bza pRkza k speciaLz kndungn buktiin kLo dia tuh ga hamiL…!? next part dtnggu

  18. sasumimeida berkata:

    yoona kasian banget hidup nya menderita banget, kasian yoona sedangkan donghae hidup nya enak banget kaya gak ada masalah, gak tega ngeliat yoona kaya gitu, next part di tunggu.

  19. Luluyoong berkata:

    Donghae mendapat berkah, smentara yoona mendapat musibah ga ad yh momentny?

  20. iffah rahmah berkata:

    ya tuhan,kasihan Yoona nya,, u.u

  21. WILDA berkata:

    lanjut thor jgan lama2
    banyakin moment yoonhaenya dong….

  22. Nabilla Sparkyu^^ berkata:

    kasian juga Yoona “ibu hamil nasional”
    udah gag sabar ntar donghae ketemu ama yoonanya…next..jangan lama..

  23. im pizza berkata:

    miris amat hdup yoona,pdhal dy gx slah ap2, awalny Luhan yg slingkuh,kdua d blng Ibu hamil nasional clkck hae punya psal lah nih,, TANGGUNG JAWAAAABBBB!!!! nexxtttt

  24. aikurasin berkata:

    ff keren …….. next partnya jgn lama2…!!!!!!!!!!!!!!!!!

  25. Nila mufida berkata:

    Next . . . .

  26. nna berkata:

    tetap yg di tunggu adalah ending’a yoonhae
    kasihan bgt yoona harus menanggung malu karena ksalah pahaman sang dokter kandungan (hae oppa)
    duuuhhhh sebener’a positif’a hae oppa dsini karena dy begitu peduli pada pasiennya tp negatifnya jg kaya’a ceroboh (menegur tanpa cek dulu kebenarannya)
    jd pengen lihat hae real kaya dokter
    hehehe
    d tunggu kelanjutannya
    sepertinya akan semakin menarikkkk
    hiduuupppp yoonhaeeeeeeeeee……

  27. mita berkata:

    hmm sedih liat yoona

Tinggalkan Balasan ke Citragita Batalkan balasan