CHEEKY ROMANCE_YOONHAE VER. (5)

Gambar

 

 

 

Author : Nana Lee

 

Novel Karya : Kim Eun Jeong

 

Cast :

 

    1.        So Yoon Pyo a.k.a Lee Donghae

    2.        Yoo Chae a.k.a Im Yoon Ah

    3.        Ki So Yeong a.k.a Kwon Yuri

    4.        Oh Hye Rong a.k.a Hwang Tiffany

    5.        Kim Dae Joon a.k.a Lee Hyukjae

    6.        Yoo Gyu a.k.a Im Sehun

    7.        Lim Eun Yi a.k.a Choi Sulli

    8.        Kang Hee Jae a.k.a Xi Luhan

    9.        PD Nam Guk Hyeok a.k.a PD Cho Kyu Hyun

  10.        Eun Sang a.k.a Byun Baekhyun

  11.        Suster Lee a.k.a Suster Kim Taeyeon

 

.

.

.

.

HAPPY READINGGGGGG………

.

.

.

.

 

“Ah iya ! Si ibu hamil nasional ! Benar kan?”

 

Tiba-tiba siswa SMP dari belakang kerumunan anak-anak itu berteriak, seolah meneriakkan jawaban kuis. Ya Tuhan ! Harusnya ia tidak menoleh kearah anak itu. Mungkin karena sudah terbiasa dengan panggilan itu, tanpa sadar Yoona menoleh kearah yang meneriakkan panggilan itu. Seketika itu juga, anak-anak lain serta orang dewasa yang ada di tempat itu berkumpul disekitar mereka.

 

“Kenapa ibu hamil berpakaian seperti itu? Mau mengikuti gaya barat?”

 

“Tadinya aku tidak mengenalinya karena ia memakai topi, tapi ternyata benar dia ya.” Orang-orang disekitarnya mulai berbisik-bisik dan mengerumuninya.

 

“Wah, Si ibu hamil nasional itu !”

 

Anak-anak berkumpul ditempat itu mulai berteriak-teriak sambil menunjuk kearah Yoona.

 

“Ah, bukan begitu, anak-anak……” Yoona mengibaskan tangannya dengan panik.

 

“Tidak apanya ! Ibu hamil yangsuka berbohong !” Anak-anak itu berteriak dengan nada tidak percaya pada Yoona.

 

“Aku mau berfoto dengannya !”

 

“Tidak boleh, aku dulu ! Ayo kita foto !”

 

Kalau seandainnya aku benar-benar hamil, bukankah mereka tidak boleh berbuat seenaknya seperti ini padaku? Berarti kalian kan juga harus memperlakukanku seperi ibu hamil betulan ! Yoona yang hamper menangis merasa menjadi tontonan seperti monyet di kebun binatang.

 

“Aku ini sedang bekerja, kalian pergi dulu ya, Anak-anak.”

 

Malu karena ada beberapa orang dewasa yang memandanginya, Yoona menyuruh anak-anak itu pergi. Namun, rupanya anak-anak itu tidak mau menuruti ucapan Yoona begitu saja. Gyeong Taek berdiri dengan canggung dan tidak tahu harus berbuat apa melihat situasi itu. Ia hanya menatap Yoona dengan wajah menyesal. Lihat saja pembalasanku, batin Yoona.

 

“Ibu hamil nasional tukang bohong ! Ayo berfoto denganku !”

 

“Tanda tangan juga ! Aku tidak mau pergi kalau kau tidak memberi tanda tangan padaku. Kalau tidak kau akan menerima tembakan dari tenaga langit, kau tahu tidak?”

 

Seorang anak yang kelihatannya benar-benar bisa berubah menjadi monster, mengacungkan senjata mainan pada Yoona. Kemudian, anak-anak yang lain pun ikut menodongkan senjata mainan mereka kepada Yoona. Rasanya ia lebih baik ditembak oleh senjata laser sungguhan dan langsung mati ditempat. Atau setidaknya pingsan.

 

“Anak-anak ! Kenapa kalian seperti ini padaku !”

 

Terlalu banyak anak-anak yang mengerumuninya. Terlalu banyak orang dewasa yang memandang kearahnya. Yoona yang berteriak panik akhirnya membalikkan badannya dan menangis. Tanpa berkata apapun pada Gyeong Taek, ia pergi meninggalkan tempat itu.

.

.

.

.

Hosh. Hosh.

 

Yoona yang berlari meninggalkan tempat kontes itu akhirnya menghentikan langkahnya dengan napas tersengal-sengal. Apakah kini babak kedua dalam hidupnya telah dimulai kembali? Yoona merasa hidupnya seperti sandiwara dengan ia harus bertahan dan berjuang dari orang-orang yang berusaha menjatuhkannya.

 

“Maaf, boleh berfoto denganku tidak….”

 

Ketika Yoona sedang menimbang apakah ia harus melanjutkan pekerjaannya ini atau tidak, terdengar suara anak kecil yang berkata padanya. Yoona baru saja hendak mengusir anak kecil yang ia kira salah satu dari anak-anak yang tadi mengoloknya itu. Namun, katika ia menoleh, seorang anak perempuan berdiri di dekatnya dan bertanya padanya dengan malu-malu. Tidak beberapa jauh dari anak perempuan itu, terlihat pasangan suami istri yang membawa kamera sambil tersenyum padanya. Sementara itu, jauh dari tempat berdirinya saat ini, terlihat orang-orang berkostum sedang melakukan parade dan berfoto dengan pengunjung yang datang. Sepertinya mereka mengira aku ini adalah salah satu dari orang-orang berkostum itu. Mungkin ia bisa masuk ke taman bermain dengan gratis mengenakkan pakaian seperti ini, pikir Yoona.

 

“Baiklah.”

 

Yoona mendudukkan anak perempuan yang berwajah lugu dan benar-benar memercayai bahwa Yoona adalah tuan putri itu di sebuah kursi panjang yang ada di dekat mereka. Kemudian ia duduk dengan anggun disamping anak itu. Saat itu juga, Yoona mendengar teriakan seseorang bersamaan dengan matanya yang silau terkena lampu kilatan kamera dihadapannya itu. Ketika ia bertanya-tanya ‘ada apa ini?’, ia merasakan sesuatu yang sejuk dibagian bawah tubuhnya.

 

Yoona menjulurkan tangannya ke bawah untuk memastikan apa yang terjadi pada dirinya. Sekilas ia melihat ayah dari anak perempuan itu malu dan ibunya panic. Orang-orang yang lewat di depannya terdiam kaku dan terdengar suara jepretan kamera. Ternyata, begitu Yoona duduk, panier kaku yang ada di dalam gaunnya itu terangkat dan membuat roknya terangkat ke atas sampai celana dalamannya terlihat jelas.

 

Yoona yang wajahnya memerah, menoleh pada anak kecil yang duduk disebelahnya. Anak itu balas menatapnya dengan wajah senang dan gembira. Terima kasih karena masih tersenyum manis padaku, batin Yoona kesal. Kemudian kembali terlihat kilatan lampu kamera, disusul dengan suara anak-anak yang terdengar familier di telinganya.

 

“Ibu hamil nasional itu ada disana !”

 

Kurang ajar ! Yoona tersenyum sedih kepada anak perempuan itu, membuka topinya untuk menutupi wajahnya, mengangkat gaunnya dan mulai berlari lagi. Tiba-tiba, ‘gubrak !’ Yoona terjatuh di lantai taman yang keras itu. Ia melihat darah merembes di bagian lutut celananya. Benar-benar. Berkat julukan ibu hamil itu, sepertinya ia juga harus sampai membawa plester setiap ia pergi.

 

“Itu dia, disana !”

 

Suara serangan anak-anak yang membawa senjata mainan mereka semakin mendekat. Yoona segera berdiri dan kembali berlari tanpa sempat memperhatikan luka di kakinya. Kakinya terasa sangat perih. Namun yang paling berat baginya adalah shock secara psikologis yang ia terima hari itu. Ia sampai merasa bersyukur karena ia bukan ibu hamil betulan. Yoona tidak kuasa menahan air matanya. Rasanya ia ingin pergi ke sebuah pulau tidak berpenghuni. Dan tidak akan kembali ke Korea lagi !

.

.

.

.

Keesokkan harinya, setelah melewati satu hari panjang yang rasanya seperti 4 hari 3 malam, Yoona mengecek internet hanya untuk berjaga-jaga. Di bawah kata kunci ‘ibu hamil nasional’, ternyata foto kejadian sore itu, ketika rok Yoona terangkat sampai dalamannya terlihat sudah tersebar di internet. Judul artikelnya adalah “Ibu Hamil Nasional Episode 2”. Foto itu hanya memperlihatkan celana dalamannya, wajahnya tidak terlihat. Lalu, dibawah foto itu, ada foto ketika Yoona sibuk menurunkan roknya dengan panik.

.

.

.

.

  • Ibu hamil nasional ini semakin lama semakin menarik
  • Setelah menjadi reporter, sekarang beralih menjadi comedian?
  • Jujur deh, kau ini sebenarnya gagwoman (comedian wanita) kan?
  • Kau mengidam ingin bertingkah seperti itu karena sedang hamil?

.

.

.

.

Berbagai komentar yang sudah tidak terhitung jumlahnya juga muncul di internet. Tangan Yoona yang sudah dikuasai emosi rasanya gatal ingin melakukan sesuatu.

.

.

  • Reporter itu, saat itu sedang ada syuting acara “Manusia Luar Biasa”. Jadi….

.

.

Tangan Yoona yang sedang mengetik balasan untuk komentar-komentar itu tiba-tiba lemas kehilangan tenaga. Ia menghela napas. Toh tidak ada gunanya juga ia berbuat seperti ini. Seluruh penjuru negeri ini sudah terlanjur mengira bahwa dirinya adalah ibu hamil. Seperti lingkungan sekitarnya kini memaksanya untuk menjadi seorang ibu hamil sungguhan…

 

Yoona akhirnya berhasil menenangkan diri dan memejamkan matanya. Ia tidak ingin tertangkap basah menangis di kantor seperti seorang pengecut yang payah. Ia tidak ingin terlihat lemah, terpuruk di mata sesama rekan reporternya yang telah malu karena dirinya, ia tidak ingin dikasihani oleh orang-orang disekelilingnya. Yoona dengan susah payah menahan air matanya yang hendak mengalir dan membuka matanya. Kemudian, ia menghapus kembali tulisannya di layar komputernya.

 

Di kantor stasiun TV ini, apakah melakukan pekerjaan kecil-kecilan pun termasuk suatu kemewahan? Di kantor yang kekurangan tenaga kerja ini, pekerjaan kecil-kecilan itu sama seperti pekerjaan serabutan. Apalagi bagi Yoona yang sudah membuat kesalahan, ia harus bekerja keras tanpa protes apa pun. Saat ini, yang menjadi tugas Yoona adalah membantu para staf, mengikuti para senior dan memuji-muji mereka, bahkan sampai melakukan pekerjaan seperti OB : fotocopy dokumen, membuat minum dan yang lainnya.

 

Beberapa hari kemudian, telepon genggamnya yang kini berfungsi sebagai perantara ketika ia menerima perintah ini-itu dari seniornya berbunyi. Yoona menjawab telepon dengan nada lelah sambil menduga-duga, pekerjaan remeh-temeh apalagi yang harus ia lakukan.

 

“Ya, Yoona disini.”

 

“Yoona-shii? Ini aku, PD Cho. Dulu kita pernah kerja bersama, ya kan?”

 

“Ya? Ah, iya, benar….” Yoona menyahut dengan gugup. PD Cho adalah PD yang bekerja di kantor pusat Seoul, bisa dikatakan ia setingkat CP (Chief Producer = ketua dari para PD di stsiun TV ). Jangan-jangan, ia disuruh memakai kostum aneh-aneh lagi dan syuting di kantor Seoul, yang benar saja?

.

.

.

.

Keesokkan harinya, Yoona berangkat ke kantor dengan wajah tidak percaya. Bukan ke kantor Wonju, melainkan kantor pusat di Seoul. PD Cho berkata bahwa ada meeting hari ini di kantor pusat dan menyuruhnya datang.

 

Yoona memasuki kantor dengan wajah bingung ketika atasannya memanggilnya. Yoona masuk ke ruangan atasannya, berjalan mendekat dengan hati-hati tanpa berani menatap matanya langsung.

 

“Kau jujur saja, kau sengaja kan berbuat seperti itu?” Tanya atasannya dengan curiga.

 

“Ya?” Yoona mengangkat kepalanya dengan ekspresi tidak mengerti.

 

“Gosip ibi hamil nasional itu maksudku. Aku tanya, apakah kau sengaja berbuat seperti itu agar wajahmu dikenal oleh masyarakat?”

 

Benar-benar gila. Tidak masuk akal.

 

“Hal seperti itu, sengaja?”

 

“Apakah kau sengaja bersekongkol dengan dokter apalah itu dan bertingkah seperti ini?”

 

“Memangnya saya ini gila?” Yoona menyahut dengan kasar.

 

“Jadi, maksudmu kau tidak kenal dengan dokter itu?”

 

Memangnya masalah ini ikut di ungkit-ungkit jika ada pemeriksaan korupsi pada atasannya itu? Sampai-sampai ia mencurigai Yoona seperti ini. Sesaat, Yoona sempat teringat akan Yuri ketika mendengar tentang dokter itu. Namun, Yoona segera menggelengkan kepalanya.

 

“Saya tidak kenal dengan dokter, orang gila itu.”

 

“Dan kau yakin kau tidak hamil?”

 

“Tentu saja !” Yoona berteriak dengan geram.

 

“Baiklah. Oke.”

 

Barulah atasannya itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan menyodorkan proposal pada Yoona. Yoona mengambil proposal itu dengan bingung dan membacanya.

 

“Proposal acara documenter kedokteran. Kau yang jadi reporternya.”

 

“Apa? Sa, saya?” saking terkejutnya, Yoona langsung bertanya tanpa pikir panjang.

 

“Anggap saja itu harga yang harus kau bayar karena telah membuat masalah seperti ini.”

 

Unbelieveable ! meskipun langitnya telah runtuh, ternyata masih ada celah baginya untuk menyelamatkan diri. Atau, apa ini yang namanya kejatuhan durian runtuh? Tidak salah lagi, ini adalah kesempatan baginya untuk mengembalikkan nama baiknya. Jadi, ini sebabnya mengapa Tuhan memberinya berbagai cobaan selama ini?

 

“Baca proposal itu baik-baik, lalu kemasi barangmu dan pergilah ke rumah sakit.”

 

“Apa? Barang?”

 

“Kau harus menunggu di sana selama 24 jam, bersama PD Cho. PD Cho belum memberitahumu?”

 

“Maksudnya, saya harus tidur di rumah sakit?”

 

Tidak mungkin kan ia disuruh berperan sebagai reporter hamil?

 

“Pihak rumah sakit sudah menyediakan rumah sewaan yang biasanya ditempati oleh dokter-dokter disana. Kau  bisa tinggal disana selama syuting acara ini.”

 

“Oh~.”

 

Yoona dapat merasakan otot-otot wajahnya mengencang kembali. Ia sangat gembira sampai memeluk proposal itu erat-erat.

 

“Jadi, saya benar-benar menjadi pembawa acara satu-satunya? Untuk seterusnya?”

 

Atasannya menjawab dengan pahit, “Tadinya aku ingin menyuruh Choi Sooyoung, tapi tiba-tiba !”

 

Atasannya tiba-tiba menaikkan nada suaranya sampai Yoona tersentak kaget.

 

“Karena timbul gosipmu sebagai ibu hamil nasional. Karena tidak ada yang lebih hebat dari gossip untuk meningkatkan rating acara. Ini kesempatan khusus bagimu, lakukan dengan sungguh-sungguh !”

 

Yoona tidak mengerti mengapa atasannya kelihatannya tidak terlalu senang. Tetapi yang paling penting adalah bahwa Yoona bisa kembali pada pekerjaannya yang dulu.

 

“Terima kasih ! Sekali lagi, terima kasih !”

 

Yoona yang diliputi rasa haru memberi salam dengan semangat sambil membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan itu dengan wajah berseri-seri. Yahoo!  Yoona mengepalkan tangannya sambil melangkah gembira. Tiba-tiba ia bertatapan dengan PD Cho yang sedang mengawasinya dari kejauhan.

 

“Senang bertemu denganmu lagi,” PD Cho berjalan mendekati Yoona dan mengulurkan tangannya.

 

“Ah, PD Cho ! Terima kasih !”

 

Yoona menjabat tangan PD itu dengan kedua tangannya. PD itu dulu pernah memuji kondisi fisiknya yang bagus saat mereka syuting di sebuah pasar tradisional di luar kota.

 

“Kau sudah susah payah sampai ke sini lagi. Kalau ada kesalahan, maka tidak ada ampun lagi.”

 

“Baiklah. Saya akan berhati-hati !” Yoona membungkukkan badannya 180 derajat dan memberi salam pada PD itu.

 

“Nanti malam ada rapat di rumah sakit. Kau sudah harus sampai di rumah sakit pukul delapan malam ya.”

 

PD Cho menepuk pundak Yoona lalu meninggalkan ruangan presenter. Yoona tetap menghadap kearah perginya PD Cho dan berkali-kali membungkukkan badan.

 

“Baik ! Terima kasih ! Saya akan berusaha sungguh-sungguh !”

 

Yoona lalu membalikkan badannya dengan wajah semangat dan hati gembira bukan kepalang. Kemudian, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang tertinggal, yang membuat senyumnya sesaat hilang dari wajahnya. Sepertinya ada satu hal penting yang terlupakan. Apa ya? Tiba-tiba ia terbelalak.

 

“Rumah sakitnya di mana ya?”

 

Yoona kemudian teringat dengan proposal yang belum sempat ia baca dan bernapas lega.

.

.

.

.

Yoona berjalan menuju rumahnya. Kini, topi dan masker merupakan perlengkapan wajibnya jika berpergian dengan bus. Ia senang karena bisa mendapat tempat duduk, namun terkadang kesal juga dengan orang-orang yang berkata macam-macam tentang perutnya. Entah mengapa orang-orang itu senang sekali ikut campur urusan pribadinya.

 

Sesampainnya dirumah, ia melihat bibinya sedang mondar-mandir dengan khawatir.

 

“Bibi kenapa?”

 

“Nenek menghilang lagi. Kemarin ia pergi ke kantor polisi, tapi hari ini ia tidak ada disana.”

 

Bibi terus berjalan kesana kemari dengan cemas sambil mengawasi didepan rumah.

 

“Lagi?”

 

Bibi juga tidak bisa disalahkan. Nenek memang cepat sekali menghilang dari rumah kalau tidak diawasi sebentar saja. Selama ini, bibi pun tinggal dirumah saja, tidak bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri karena mengurus nenek yang sudah pikun.

 

“Sehun sedang pergi mencari nenek.”

 

“Kalau begitu, bibi tenang saja. Pasti mereka segera datang. Sehun kan sangat ahli mencari nenek.”

 

Meskipun adiknya itu terkenal nakal dan suka membuat ulah di lingkungan mereka, untuk urusan nenek, ia termasuk anak yang bisa diandalkan. Ia tidak suka jika ada orang yang mengatakan neneknya adalah orang gila. Apalagi kalau ada yang berani mengolok-ngolok nenek, ia tidak segan-segan mengancam orang itu atau menghajarnya, saking sayang dan pedulinya ia pada nenek. Bisa dikatakan, itulah satu-satunya kelebihan yang dimiliki oleh anak nakal itu.

 

Tiba-tiba pintu rumahnya terbuka dan Sehun yang mandi keringat masuk sambil menggendong nenek yang tertidur.

 

“Ibu, Ibu !” bibi segera menghampiri nenek yang tertidur di punggung Sehun.

 

“Ah aki lelah sekali, cepat buka selimut nenek !” Sehun berteriak dengan nada kelelehan pada bibi.

 

“Oh, iya, iya.”

 

Bibi segera masuk ke kamar dan menyiapkan tempat tidur untuk nenek. Tangan nenek yang sedang tidur memegang es krim yang sudah meleleh dan menetes-netes, meninggalkan bekas dengan warna yang sama di baju bagian pundak Sehun.

 

“Aduh, apa ini?”

 

Bibi berusaha melepaskan plastik es krim itu dari tangan nenek. Tetapi rupanya nenek tetap menggenggam erat plastik es krim itu sambil tidur.

 

“Pasti dia bilang es krim ini dari ‘si manis’.”

 

Bibi mendecakkan lidahnya. Kemudian, ia menoleh kearah pundak Sehun, “Kau tidak apa-apa?”

 

Barulah Sehun menoleh kearah bajunya yang basah dan menepisnya santai.

 

“Tidak apa-apa. Tinggal ganti baju saja. Memangnya siapa sih ‘si manis’ yang suka dibicarakan nenek itu?” Sehun bertanya dengan kesal. Bibi menoleh kearah nenek yang tertidur lalu mengehela napas.

 

“Kuberitahu juga kau tidak tahu. Dia itu perempuan yang membawa kabur harta warisan rumah ini, atau yang memiliki utang dengan rumah gubuk ini.”

 

“Aku pikir nama sapi peliharaan. Bibi tidak pernah kehilangan sapi?” Sehun memiringkan kepalanya dengan heran.

 

“Waktu kau kecil, keluarga ini hidup dengan makmur. Kehilangan sapi saja tidak masalah,” bibi kembali menghela napas panjang.

 

“Sudahlah, jangan bicara yang aneh-aneh.”

 

Sehun segera bangun dan meninggalkan bibinya.

 

“Sewaktu aku kecil, kita bahkan tidak tahu kalau punya sapi. Karena semuanya sudah diurus oleh para pembantu. Sungguh. Memakai pakaian sutra, makan daging setiap hari,” ucapan bibi itu semuanya terdengar seperti mimpi.

 

“Bibi juga pikun, ya? Kapan keluarga kita pernah seperti itu? Wah, gawat. Ternyata penyakit pikun itu menular ya,” Sehun berkata dengan nada prihatin lalu menatap kearah Yoona. Ekspresi wajahnya langsung berubah marah.

 

“Kau ini, kau ini bisanya apa sih?”

 

“Hei, hei, kenapa kau tiba-tiba berkata kasar seperti itu padaku?” Yoona membalas menatapnya tajam dan memukul kepala Sehun.

 

“Kau ini sebenarnya bisa jaga sikap atau tidak sih?”

 

Sepertinya anak ini sudah melihat video ‘si ibu hamil nasional’ saat ia sedang makan jjajangmyon di tempat bermain billiard atau entah dimana.

 

“Sudah kubilang kan, semua itu hanya salah paham. Kau urus saja kelakuanmu sendiri. Kau tidak sadar sudah membuat ayah susah?”

 

“Diam ! Berisik kalian ! ” bibi akhirnya mengusir Yoona dan Sehun yang bertengkar keluar dari kamarnya.

 

“Sebaiknya Nuna yang jaga sikap baik-baik. Nuna kan tinggal menikah, lalu selesai semuanya.”

 

“Nah, kau, memangnya mau tetap main billiard dan keluyuran kasana kemari setelah menikah?”

 

“Ini semua ada alasannya. Kau tidak pernah dengar? Dimana ada kemauan, pasti ada jalan.”

 

Bukan sekali ini mereka beradu mulut seperti ini, dan Sehun selalu berbicara panjang lebar seperti biasanya, sesuai keahliannya.

 

“Kapan kau dengar perkataan seperti itu? Di saat 30% kehadiranmu waktu SMA itu? Kau tidak pernah belajar tentang cara mencari jalan itu? Coba kau hadir 30% lebih banyak lagi, setidaknya supaya kau tahu dimana tempat beli kompas untuk penunjuk jalan.”

 

Yoona berdecak kesal.

 

“Aku juga pasti akan bekerja. Kalau aku menemukan pekerjaan yang cocok untukku.”

 

“Dan selama kau buang-buang waktu untuk mencari pekerjaan idealmu itu, kau jangan macam-macam denganku sampai kau menemukkan pekerjaan, mengerti?” Yoona mengancam adiknya. Toh ia tidak akan lepas tangan sepenuhnya terhadap urusan rumahnya setelah ia menikah, dan rasanya khawatir melihat anak laki-laki satu-satunya di rumah itu yang tidak bisa dipercaya seperti adiknya itu.

 

“Memangnya temanmu tidak ada yang bekerja? Diantara gengmu yang seperti berandalan itu.”

 

Yoona memandang adiknya dengan heran. Saat itu, tiba-tiba pintu depan terbuka dan ayah mereka masuk dengan tergesa-gesa.

 

“Nenek?”

 

“Ayah tahu dari mana? Memang beritanya sampai ketempat kerja ayah?” Sehun bertanya kepada ayahnya sambil berjalan kearah westafel dan mengambil sebaskom kecil air untuk cuci muka ayahnya. Ayah tidak menjawab pertanyaan Sehun dan menoleh kearah Yoona.

 

“Sehun tadi sudah membawa nenek pulang lagi.”

 

Begitu Yoona menyelesaikan ucapannya, bibi muncul dari kamarnya dengan wajah lesu.

 

“Oh, sudah pulang?”

 

“Tadi nenek kembali mencari ‘si manis’ itu?” ayah bertanya dengan nada khawatir pada bibi.

 

“Ayay, memangnya kita pernah memelihara sapi?” tiba-tiba Sehun menyela sambil menyeka wajah ayahnya dengan handuk.

 

“Sapi?”

 

“Memangnya ‘si manis’ itu bukan nama sapi?”

 

“Sembarangan saja kau ini,” ayah mengerutkan alisnya mendengar Sehun berkata asal.

 

“Lalu, betul itu nama orang?”

 

Begitu Sehun bertanya lagi, ayahnya yang memasang ekspresi murung itu hanya masuk ke kamarnya tanpa mengucap sepatah kata pun.

 

“Sepertinya benar-benar ada ya? Mungkin sapi yang umurnya sudah cukup tua?” Sehun membelalakkan matanya dengan kaget dan menoleh kepada Yoona.

 

“Aku tidak ingat kalau rumah ini pernah ada sapi yang punya nama.”

 

Bibi yang berada disebelahnya pun ikut memiringkan kepalanya dengan bingung. Kemudian, ia memandang Yoona dan mendengus pelan.

 

“Tumben kau pulang cepat? Ternyata kau benar-benar takut denganku ya?”

 

Rasa kesal yang sempat hilang kini kembali menghampiri Yoona.

 

“Jadi, benar-benar ada jam malam?” protes Yoona.

 

“Bagus, Bi. Anak perempuan seperti ini memang harus dikurung di rumah seharian. Ibu hamil nasional? Aku sampai malu terhadap teman-temanku.”

 

Sehun berdecak keras seolah menunggu-nunggu kesempatan untuk membalas Yoona. Yoona meninju adiknya yang mengoloknya seperti itu.

 

“Aku yang seharusnya malu, dasar anak ini ! Adikku satu-satunya malah menjadi preman di lingkungan ini, mengajarkan yang tidak benar ke anak orang. Kau yang harus di kurung !”

 

“Benar-benar. Aku heran kenapa keponakan-keponakanku tidak ada yang benar seperi ini. Mungkin ini semua gara-gara aku. Untung saja aku tidak menikah. Mana mungkin aku bisa meninggalkan keluarga seperti ini?” bibi menghela napas sambil melihat kearah Yoona dan Sehun yang sedang bertengkar.

 

“Sudah, jangan bertengkar lagi kalian ini. Dan kau, jangan beralasan ada syuting, apalah…”

 

“Habisnya mau bagaimana? Bahkan mulai hari ini aku harus tidur di luar, bagaimana?” Yoona menyeringai dengan puas.

 

“Apa?!” bibi dan Sehun terkejut dan berseru bersamaan pada Yoona.

.

.

.

.

Yoona akhirnya meninggalkan rumah setelah meminta izin pada ayahnya dan mengemas barangnya. Ia bergegas berjalan ke halte bus dan berangkat menuju Rumah Sakit Taejo. Ia mulai lelah dengan hidupnya yang seperti ini. Ia harus memakai topi dan masker setiap akan naik bus, padahal bukan selebriti. Untung saja ia tidak lantas menjadi selebriti.

 

Yoona mulai merasa cemas ketika turun dari bus yang berhenti di depan rumah sakit itu.

 

“Jangan-jangan nanti aku bertemu dengan dokter gila itu lagi.”

 

Membayangkan akan bertemu dengan dokter itu membuat Yoona merasa cemas. Ia memang masih menaruh dendam pada dokter itu, tetapi belum siap untuk membalasnya. Namun, ia juga tidak bisa melepaskan pekerjaan ini hanya gara-gara orang itu. Yang pasti, aku tidak akan tinggal diam jika bertemu dengan dokter itu, batin Yoona. Setelah dipikir-pikir, ini semua adalah kesalahan dokter itu, ia hanya sebagai korban.

 

Yoona mengepalkan tangannya dengan geram dan memasuki rumah sakit. Tiba-tiba ia melihat PD Cho dan beberapa staf yang datang dari arah berlawanan. Yoona segera berlari menghampiri PD Cho.

 

“Sudah selesai?”

 

“Dokter-dokter itu tiba-tiba harus melakukan operasi, jadi rapatnya diundur sampai besok pagi.”

 

“Oh…..”

 

Apa aku harus bersyukur dengan situasi ini?

 

Kita lihat-lihat lokasi si rumah sakit ini saja dulu. Rental house-nya ternyata cukup jauh juga, lho.

 

PD itu mulai melangkahkan kakinya.

 

“Oh, ya, apa kita akan meliput tentang seluruh rumah sakit? Atau hanya satu departemen saja?” Yoona bertanya pada PD Cho sambil menyamakan langkah kaki dengannya.

 

“Ah, Pak Direktur belum memberitahumu ya? Kita syuting di bagian spesialis kandungan.”

 

“Spe, spesialis kandungan?”

 

Baru saja Yoona bisa tenang den bernapas lega, kini ia merasa disambar petir !

 

“Menurutmu kau diberi tugas ini dengan cuma-cuma, Ibu Hamil Nasional?” PD Cho memandang Yoona dengan tatapan penuh arti. Tidak mungkin. Lalu, berarti dokter itu……?

 

“Nah, sekarang kita keliling rumah sakit ini sebentar, lalu segera ke rental house.”

 

PD Cho tidak memedulikkan Yoona yang terserang shock dan melanjutkan langkahnya dengan santai. Yoona tidak tahu harus berbuat apa. Dokter gila yang sudah membuatku tercebur di “lumpur” seperti ini? Membuat orang itu tenggelam di lumpur ini saja tidak mudah, dan sekarang ia malah harus bekerja samadengan orang itu? Apa program tetap perdana yang kudapat dengan susah payah ini harus kulepas begitu saja? Yoona hanya bisa terdiam dengan berbagai pikirang di otaknya.

 

 

 

 

 

……….

 

 

 

 

 

Donghae pulang dari rumah sakit dengan wajah lelah setelah menyelesaikan operasi terakhirnya malam itu. Ia berjalan di koridor rental house dan berhenti sejenak sebelum sampai di depan rumahnya. Pintu rumah yang dulu ditempati Tiffany terbuka. Kemarin rumah itu masih kosong, apa sekarang ada penghuni baru?

 

Penuh rasa ingin tahu, Donghae menjulurkan kepalanya ke pintu yang terbuka itu.

 

“Enak ya, kau bisa memakai rumah ini seorang diri.”

 

Terdengar suara laki-laki.

 

“Aku jadi merasa seperti dokter sungguhan karena tinggal ditempat seperti ini. Fiuh, seandainya aku juga menjadi dokter.”

 

Terdengar suara perempuan yang menyesal menyahut ucapan laki-laki itu.

 

“Memang dulu nilaimu bagus?”

 

Laki-laki itu kembali menyahut sambil terkekeh

 

“ Ah, yoghurt ini untukku ya?”

 

“Kau dapat dari mana itu?”

 

“Di depan pintu…..”

 

“Jangan-jangan itu sudah kadaluwarsa? Cepat buang !”

 

Terdengar suara orang lain dalam percakapan itu. Padahal dirinya sangat kesepian, tetapi sepertinya orang yang baru datang ini banyak penggemarnya. Merasa seperti tengah memata-matai rumah orang lain, Donghae menarik tubuhnya dari depan pintu yang terbuka itu dan berjalan menuju rumahnya.

.

.

.

.

Begitu membuka mata, Donghae menjulurkan tangannya kearah alarmnya. Tepat saat alarm itu bersiap-siap mengeluarkan suara dan berseru ‘ppip-’, Donghae segera mematikan alarmnya itu.

 

Sinar matahari bersinar cerah seperti biasanya. Donghae mengusir kantuk dengan mengusap-ngusap wajahnya dengan tangan dan beranjak menuju kamar mandi. Hari itu, suasana tenang di pagi hari terasa menyenangkan baginya, memberinya rasa nyaman lebih daripada musik apapun. Donghae menikmati nyaman itu sambil mengeluarkan pasta gigi ke sikat giginya.

 

Ketika ia tengah menyikat giginya sampai mulutnya dipenuhi busa, ia samar-samar mendengar suara dari dinding disebelahnya. Donghae merasa bulu kuduknya meremang dan sesaat ia terdiam, berusaha mendengarkan suara itu dengan lebih jelas. Donghae memutar matanya kesana kemari dan menatap dinding disebelahnya. Tembok ini. Berarti rumah sebelah. Sepertinya ada orang baru yang tinggal di rumah itu sekarang. Yang pasti itu adalah seorang wanita.

 

Donghae perlahan mendekatkan badannya kearah dinding. Kemudian, ia menempelkan telinganyake dinding itu dengan sikat gigi di mulutnya.

 

“Hmmm~”

 

Hah ! Mata Donghae membelalak mendengar suara erangan wanita.

 

“Hmm hmmm~”

 

Suara itu semakin terdengar jelas. Bersamaan dengan itu, mata Donghae semakin membelalak dan ia menjauhkan diri dari dinding itu sampai menempel ke dinding seberangnya. Mulutnya ternganga lebar dan sikat giginya masih tergantung di mulutnya.

 

“Apa-apaan perempuan itu, pagi-pagi seperti ini…”

 

Berbagai imajinasi berkelebat di pikiran Donghae seperti iklan disebuah bioskop murahan. Donghae merasa wajahnya memerah. Tiba-tiba ia terbatuk seolah tersedak sesuatu dan kembali memegang gagang sikat giginya. Ia membuang jauh-jauh pikiran “19+” itu dari otaknya dan menyikat giginya dengan lebih serius, sampai-sampai gusinya berdarah.

 

Sial, apa selama ini ia terlalu “kelaparan”? Donghae tiba-tiba merasa kesal karena ketenangan di pagi hari yang tadinya ia nikmati kini berubah menjadi rasa kesepian dan kacau akibat pikiran anehnya tadi. Ia kemudian meletakkan sikat giginya dengan kasar di westafel di hadapannya.

.

.

.

.

.

.

.TBC

 

 

 

 

LEAVE YOUR COMMENT……………. 

Pos ini dipublikasikan di yoonhae dan tag . Tandai permalink.

51 Balasan ke CHEEKY ROMANCE_YOONHAE VER. (5)

  1. iffah dhharu berkata:

    msih nunggu Yoona ktmu Donghae lg,,
    bkal diapain nanti si Donghae,, 😀
    next nya ditunggu,,

  2. wulandariiyang berkata:

    hahaha kocak dah..it pasti Yoona..yg lg habis bngun tidur x oppa.,*sok tau gw..
    Kasian Yoona..belum ada tenang ny tuh anak..sial bnget hidup ny gara2 kesalahpahaman bang ikan…
    Pengin cepet2 moment Yoonhae dah…masih belum ketemu juga mereka..i hope next part deh…
    Fighting buat part selanjut nx Chingu..jangan lama2..

  3. CloudsYoonAddictMinz berkata:

    apakah itu yoong?keren banget thorrr….nextnya ditunggu lho,jangan lama,heheheh#maksa

  4. diiah ciicwejutexs berkata:

    yoongie menderita trs kpan Bhagianya nech kasian q liatnya*ngebyangin liat.
    YHM blm da y ..next part bykin YHM y thor jeballll

  5. inggridAnjani berkata:

    Kyaaaaa makin seru, cepet cepet dilanjuttttt

  6. Renai berkata:

    seru bgt, itu yoona lg ngapain emang? wkwk sampe donghae brpikiran yg macem macem xD
    NEXT!! Fighting 🙂

  7. eilistha berkata:

    mkinn lcuuu ff nya…
    haha donghae mkir yg aneh2 tuh..
    yoona msh ttp aj mnderita, kshannn
    di tnggu lnjutan nya

  8. Lin berkata:

    Kpan yoona bahagia?
    Dri dulu sampai sekarang hidupnya sial terus…
    Next jgn lama”

  9. marisya_icha berkata:

    wkwkwkwk.. donghae pikirannya…
    pengen liat yoonhae moment nih..
    next part ya thor ^^

  10. yong berkata:

    hidup yong jd berantakan gara2 dokter gila, awas aja hrs di bales tuh dokter gila…!!

  11. deerani berkata:

    kehdupn yg brt

  12. nami yuri berkata:

    Kasian Yoong Eonni, ditunggu next Part

  13. deerweirdo berkata:

    hahaha si dongek pasti ngira itu lagi ehem ..
    salah paham mulu ni si dongek .
    yoona ksian ga dpet hidup tenang gara2 Dongek..
    dongek kau harus tanggung jawab *ngomong sama hae*
    ntar yoona jdi reporter dongek ..
    wadoh bakal gmana tuh reaksi mreka :0
    next author .
    jangan lama lama ya 😉

  14. Pyrotechnics fishydeer berkata:

    Mment Yoonhae.xa mana? ?
    Bkal jdi petualangan bsar buat yoona

  15. im pizza berkata:

    ini semua donghae yg punya perkara..jika dy tidak mnyelidiki dgn baik n tdak smbrono n lngsung ceplas ceplos ngmongin klu yoona hamil smua ini takkan terjadi, cuma pnsaran..siapa wanita itu? koo aq jd kpikiran yoona y? kan ktany yoona juga nginep d rumah khusus utk dokter d rmh skit trsbut?
    next

  16. Santi PyrotecnicsElfYoonhaesuju berkata:

    Kyaa knpa TBC lama bgt nunggu lanjutan ff ini, wah pasti tetangga sblh nya yoona, nah trus itu yoona knpa wah makin seru smga YH berakhir bersatu

  17. Yesa nurmeida berkata:

    Si oppa ini pikiranya aneh-aneh. Awas nanti jadi masalah baru buat orang..
    Next-next

  18. Ulva Yoong Yuun berkata:

    Ne ff bikin sakit ati bnget,,,
    gregtan,,,

  19. regina berkata:

    awal baca makin kasian ama yoona, menderita amat hidupnya ga ada senang2nya…
    Tp moga2 pekerjaan yoona yg baru bisa ngangkat namanya sbg reporter yg di kenal org karena kecerdasannya bukan karena julukan ‘ibu hamil nasional-nya’

    Donghae msh harus tanggungjawab ama hidupnya Yoona, memperbaiki nama baik yoona yg udah terlanjur jelek di masyarakat, dan mgkn yg tinggal di kamar sebelah donghae tuh yoona, part berikutnya kyknya bakalan ada tatapan tajam dan kekonyolan dr keduanya, apa lagi dr pihak yoona yg msh kesal #readersoktau ^^
    Di tgg next partnya thor, kl bisa jgn lama2 gomawo 🙂

  20. HaeNy Choi93 berkata:

    Kyaaa.. Keren .. Keren.
    Sumpa! Seru bangt ff ini
    ksian Yoona… Di adili(?) bxk orng.
    Merana bner hidupx gara2 Donghae…
    Gmna ini kalo mereka dh ketemu..
    Msih slah pham.. Atw ga ya??
    Okey. Ditunggu part slnjutnya..! Jangan lama2 ne?

  21. Tya Nengsih berkata:

    makin lucu ceritanya ……
    next partnya dtunggu

  22. EchaNyeaCute_YH berkata:

    kependekann thorr .. hhhehe
    kasian bangeett yoongie nya disini , pokoknya hwae haruss bertanggung jawab(?) !!!
    di tunggu part selanjutnya 🙂

  23. lisa berkata:

    next partnya jgan lama” ya thor

  24. CalysthAiden Lee berkata:

    Hahaha…Bener2 kocak 😀
    itu pasti yang nempatin kamar sebelah kamar donghae pasti yoona,tapi lagi ngapain ya koq ampe ngeluarin suara kayak gitu???

    apakah dipart 6 yoona bakal sial kayak dipart 5 ini,jadi penasaran??
    Ditunggu Next partnya….

  25. LoveLy_pyRos berkata:

    khdupn yoona siaL tRz kZian bgt kpn ya dia bza bhgia…!? apa itu yoona yg tNggL dsbLh rMh donghae…!? dtnggu part sLnjut’y

  26. 1530HY berkata:

    bikin penasaraaan… YoonHae cepeeet dong dipertemukannya !!! huhuhu next part nya juga yg cepat yaaa !!!hehehe #maksa

  27. sasumimeida berkata:

    kasian yoona hidupnya penuh dengan tantangan sedangkan donghae hidup dia tenang” aja. Tapi seneng akhirnya yoona sama donghae dipertemukan setiap hari lagi.
    Next partnya di tunggu yahh

  28. Pyros berkata:

    lanjut thor, jgn lama2

  29. vhya elfishyoonaddict pyrotechnic berkata:

    Bang ikan seneng banget sih salah paham. Ckckck…
    Kayaknya udah mau yhm nih.
    Wah gg sabar nunggu nextnya ><

    fighting thor.

  30. yoonflower berkata:

    hahaha .. ya ampun penghabisan chap 5 ini malah di akhiri dengan salah paham yang kocak … parahnya malah mikir yadong .. kkkk lucu dehh … di tunggu next nya …

  31. Berlian Kirana berkata:

    lanjuuuut thor^^ gasabar nunggu next chap 🙂
    fighting ne?!!

  32. Luluyoong berkata:

    Lucuuu

  33. yoonri berkata:

    kok lama bgt ya yoona ktmu dongae, ga adil klo yoona yg mnderita trs pdhl kn bkn slahnya dia
    mian ne thor, kok kyknya ini trllu kpnjangan? Agk brtele*
    tpi critanya bgus, keren
    yaudahlah ak mo bca part slnjutnya
    Skli lg mian thor 🙂

Tinggalkan Balasan ke marisya_icha Batalkan balasan