CHEEKY ROMANCE_YOONHAE VER. (7)

 

 Gambar

 

 

 

Author : Nana Lee

 

Novel Karya : Kim Eun Jeong

 

Cast :

 

    1.        So Yoon Pyo a.k.a Lee Donghae

    2.        Yoo Chae a.k.a Im Yoon Ah

    3.        Ki So Yeong a.k.a Kwon Yuri

    4.        Oh Hye Rong a.k.a Hwang Tiffany

    5.        Kim Dae Joon a.k.a Lee Hyukjae

    6.        Yoo Gyu a.k.a Im Sehun

    7.        Lim Eun Yi a.k.a Choi Sulli

    8.        Kang Hee Jae a.k.a Xi Luhan

    9.        PD Nam Guk Hyeok a.k.a PD Cho Kyu Hyun

 10.        Eun Sang a.k.a Byun Baekhyun

  11.        Suster Lee a.k.a Suster Kim Taeyeon

 

.

.

 

.

.

 

PREVIOUS CHAPTER

 

 

“Apa yang terjadi?”

 

“Ibu ini diprediksi akan melahirkan dua bulan lagi. Tapi sejak subuh ia mengeluh perutnya sakit. Kepalanya juga sakit,” Suster Kim buru-buru memberikan penjelasan pada Donghae.

 

“Sepertinya ia mengalami keracunan kehamilan,” seorang dokter koas menambahkan dengan cepat.

 

“Periksa dulu golongan darah, tekanan darah, lalu oksigen didalam kandungannya !” Donghae segera memberi perintah pada Suster Kim.

 

“Ada apa?”

 

Donghae menoleh dan terkejut melihat Yoona muncul dibelakangnya dengan membawa mikrofon di tangannya. Dasar tadi katanya mau berhenti bekerja.

 

“Sepertinya keracunan kehamilan,” Donghae menyahut dengan asal.

 

“Memang gejalanya seperti apa?”

 

Menyebalkan sekali. Apa aku harus menjawab dengan ramah di situasi seperti ini?

 

“Cari saja di internet !” Donghae mengeryitkan dahinya dengan sebal dan berteriak pada Yoona. Kemudian ia kembali berkata pada salah satu perawat disana, “Siapkan kamar operasi.”

 

 

 

CHAPTER 7.

.

.

.

Yoona sebenarnya sudah ingin mencabik cabik orang itu, tetapi saat mendengarnya berkata ‘syukurlah masih bisa bekerja sebagai reporter’, ia rasanya kehilangan kata-kata. Karena toh pada akhirnya ia kembali pada pekerjaanya semula. Namun, jika ia harus bekerja sama dengan dokter itu, julukan ‘ibu hamil nasional’ itu sepertinya tidak akan lepas dari dirinya. Setelah mengetahui ia akan bekerja sama dengan dokter gila itu, rasanya hal ini benar benar tidak masuk akal baginya. Itulah sebabnya ia mengatakan tidak sanggup  menjalankan pekerjaan ini dan berbalik meninggalkannya. Namun, tiba tiba suasana lobi mendadak ramai. Melihat situasi itu, PD Cho langsung memerintahkan Baekhyun untuk menyalakan kameranya dan menyodorkan mikrofon pada Yoona yang sedang berdiri dengan tatapan kosong.

 

Yoona di dorong oleh PD Cho sehingga akhirnya ia berdiri di belakang Donghae. Namun, orang itu malah menyahut dengan wajah kesal dan berteriak menyuruhnya mencari jawaban di internet. Di kantor pun seperti itu, apa di mana mana ia harus hidup sambil diteriaki oleh orang orang?

 

Donghae dan para perawat mendorong ranjang pasien itu dan melewati jalan yang sama saat pagi tadi ia membawa Yoona di atas ranjang pasien itu. Yoona dan para staf yang berlari mengejar mereka akhirnya berhenti dengan napas terengah-engah.

 

“Sepertinya aku harus mulai latihan dulu, sebelum mencari informasi di internet,” Yoona membungkuk dan meletakkan tangannya di lutut sambil mengatur napas.

 

Rumah sakit itu rasanya berubah menjadi tempat rapat bagi tim produksi acara itu. Yoona masuk ke ruang rapat sambil tetap memakai celana pasien. Ia kemudian duduk di depan komputer dan mulai mengetik sesuatu di keyboardnya.

 

 

 

<Khasiat yoghurt ‘Susu Segar’>

Efeknya langsung terasa saat itu juga. Hebat!

 

 

 

Yoona menutup halaman itu dengan sebal. Dibaliknya, terlihat halaman situs berisi informasi tentang keracunan kehamilan yang tadi ia buka. Yoona menarik napas lalu mulai membaca artikel itu.

 

 

 

Keracunan kehamilan biasanya terjadi setelah umur kehamilan melewati 20 minggu….

 

 

 

“Kau mau berhenti?”

 

Terkejut mendengar suara PD Cho, Yoona segera mengangkat kepalanya dan melihat PD Cho sedang memandangnya dengan wajah kecewa. Yoona segera berdiri dan mencakupkan tangannya.

 

“Apa alasannya?”

 

PD Cho memberi isyarat pada Yoona , menyuruh tetap duduk , lalu ia duduk di meja seberang Yoona. Yoona duduk dikursi dengan gugup.

 

“Tadi pagi ada masalah seperti itu dan aku tidak ingin bekerja sama terus dengan dokter itu…”

 

“Yoona-shii, kau ternyata memang tidak bertanggung jawab seperti ini ya?” PD Cho berteriak marah pada Yoona. Suara teriakan ini benar-benar menyebalkan. Padahal ia sangat menginginkanacara tetap seperti ini. Ia pun sebenarnya tidak ingin melepas acara ini. Namun, ketika ia mendapat julukan ibu hamil nasional dan ketika kejadian memalukan tadi pagi , dokter itu selalu ada disampingnya dan ia tidak suka dengan hal itu.

 

“Toh, acaranya juga belum berjalan,  dan kalau ada suaraku direkaman tadi pagi, itu bisa langsung di edit saja…”

 

“Sudahlah. Video yang kita rekam juga masih sedikit dan nanti kalau memang tidak terpakai, ya sudah, dibuang saja,” PD Cho menyahut dengan dingin. Mendengar perkataan PD Cho, Yoona semakin menundukkan kepalanya. PD Cho kembali memandang Yoona dengan tatapan bingung.

 

“Setelah sekian lama kau menginginkan acara tetap mu sendiri, sekarang kau malah melepaskan kesempatan ini hanya karena dokter itu?”

 

Sepertinya tidak ada yang bisa memahami betapa muaknya hati ini, batin Yoona. Meskipun pekerjaanya adalah reporter, ia juga seorang wanita. Sebagai seorang wanita, ia tidak ingin dipermalukan dan dilecehkan seperti ini.

 

“Kemarin kau langsung tidur setelah berbenah-benahkan? Sama sekali tidak membaca informasi tentang spesialis kandungan.”

 

Sesaat Yoona terkejut.

 

“Kesempatan hanya datang pada mereka yang sudah siap. Kau pikir mudah bagiku saat memutuskan untuk bekerja sama dengan mu? Aku memilihmu karena kau selalu bersemangat dalam situasi dan kondisi apapun. Aku tadinya percaya bahwa kau akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabmu, apapun itu.”

 

Yoona menggigit bibirnya. Ia malu pada dirinya sendiri karena terlalu emosional.

 

“Akan tetapi, aku tidak yakin kau bisa melakukan hal ini kalau caramu seperti ini. Kalau kau bertanya disituasi gawat darurat seperti tadi, mana ada dokter yang akan menjawabnya dengan ramah? Toh, saat ditayangkan nanti, video itu akan diberi narasi. Tapi yang terpenting, kau harus punya dasar pengetahuan yang cukup dulu agar tidak melontarkan ppertanyaan konyol seperti itu.”

 

PD Cho menghela napas sejenak lalu melanjutkan ucapannya.

 

“Kalau seperti ini caranya, kau tidak akan bisa menjadi pengisi acara tetap di acara manapun. Karena kualitas dirimu sebagai reporter kurang.”

 

“Maafkan aku, ” Yoona berkata dengan suara pelan. Perkataannya hari ini memang terlontar begitu saja tanpa dipikir terlebih dahulu. Toh, situasinya sudah menjadi seperti ini, ia tidak ingin mendengar kalau ia diberhentikan karena memang dirinya tidak mampu memegang acara ini.

 

“Aku mengerti kalau kesan pertamanya memang kurang baik, tapi itu bukan dirimu yang sebenarnya, kenapa kau harus marah? ‘Aku ini mutiara’, kau ingin berteriak seperti itu? Mutiara hanya akan menjadi mutiara di mata ornag-orang tertentu yang bisa mengenali mutiara itu. Jadi, kau yang harus menunjukkan kalau kau ini adalah mutiara kepada orang lain, mengerti tidak?”

 

Yoona terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.

 

“Jadi bagaimana, Kau mau lanjut atau tidak?” PD Cho melipat tangannya dan menatap Yoona.

 

“Apa aku….. boleh lanjut?” Yoona berkata pelan sambil mengangkat kepalanya dan memperhatikan reaksi PD itu. PD itu kemudian menyahut dengan tidak sabar.

 

“Apa aku boleh lanjut?’. Kita kan sudah berjanji akan mengerjakan proyek ini bersama-sama. Kau yakin bisa bekerja dengan sungguh-sungguh kan?”

 

“Iya, aku akan bekerja dengan sungguh-sungguh.”

 

Yoona langsung berdiri dari duduknya dan segera membungkukkan badanya 90 derajat.

 

“Ayo kita semangat. Fighting !!!”

 

PD Cho tersenyum penuh harap pada Yoona sambil menunjukkan kepalan tangannya. Yoona hanya tertawa kecil sambil ikut mengepalkan tangannya.

 

“Fighting !!!”

 

Hanya ada satu cara bagi mutiara untuk menjadi mutiara sejati, yaitu dengan memecahkan cangkang dan keluar untuk menunjukkan dirinya sendiri. Ia harus bersinar agar orang lain dapat mengenali “nilai” nya, yaitu dengan kerja keras.

 

Setelah berpisah dengan PD Cho, Yoona berjalan seorang diri kearah lobi bagian spesialis kandungan. Ia tiba-tiba mendengar suara beberapa perawat yang terkikik geli dan menoleh kearah mereka. Kemudian ia melihat celana pasien di meja perawat itu. Celana yang sama persis denga celana yang ia pakai saat ini. Meskipun semangatnya sedang meluap-luap saat ini, entah kenapa ia tetap merasa menyedihkan.

 

“Yoona !”

 

Tiba-tiba ia mendengar suara Yuri memanggilnya. Ketika ia menoleh, ia melihat Yuri datang menghampirinya dengan ekspresi wajah aneh.

 

 

Mereka berdua duduk di sebuah kursi panjang sambil menyedot minuman jus masing-masing.

 

“Jadi kau syuting acara ini dan tinggal dirumah sakit ini?”

 

Yuri melirik celana yang dikenakan Yoona dengan tatapan prihatin.

 

“Aku akan ganti celana ini.”

 

Yoona menurunkan sedotannya sampai ke dasar botol jusnya dan menyedotnya sampai terdengar suara ‘sruup’.

 

“Tapi. Eonni kenapa datang lagi kesini? Sepertinya baru kemarin Eonni datang.”

 

“Ada pemeriksaan lain sebelum melahirkan.” Yuri berkata sambil menggigit sedotannya.

 

“Oh, iya, Eooni sudah periksa untuk mencegah keracunan kehamilan juga?”

 

“Mungkin, sepertinya sudah.”

 

“Kalau belum, sebaiknya Eonni ikut pemeriksaan itu. Ternyata itu sangat berbahaya. Semakin tua usia kehamilan, kemungkinannya semakin besar dan berbahaya bagi ibu dan bayi di kandungan,” Yoona memperingatkan Yuri dengan sungguh-sungguh. Yuri hanya mendengus pelan.

         

“Bahkan kau sekarang sampai tahu hal-hal seperti itu.”

 

Yoona menghela napas melihat reaksi Yuri.

 

“Aku juga heran.”

 

“Tapi dokter gila yang menjadi musuhmu itu, bukan dokter yang menanganiku kan?”

 

“Kau belum melihat Youtube rupanya,”

 

“Hah?”

 

Sepertinya ia memang belum melihatnya. Pantas saja ia bertanya dengan polos seperti ini.

 

“Tidak seru kalau kuberitahu sekarang, aku tidak akan memberikan spoiler. Nanti kau cek saja saat ditanyangkan di TV.”

 

Mendengar ucapan Yoona, Yuri hanya memasang ekspresi ‘apa-apaan anak ini’.

 

”Oh, iya !  Eonni katanya kemarin sembelit kan?”

 

”Iya,”

 

Yuri terus menyedot botol minumannya yang sudah kosong dan menganggukkan kepalanya.

 

”Kusarankan Eonni minum yoghurt. Benar-benar ampuh !”

 

Yoona mengacungkan jempolnya sambil mengatupkan mulut dan mengangguk-angguk dengan yakin. Melihat Yoona seperti itu, Yuri membelalakkan matanya.

 

Yuri dan Yoona membuang botol jus mereka ke tempat sampah dan berjalan menuju ke sebuah minimarket. Kemudian, tidak sengaja mereka bertemu dengan Donghae dan Eunhyuk yang tengah berdiri bersebelahan sambil memilih – milih kimbab yang berbentuk segitiga.

 

“Sepertinya kau senang memakai celana pasien itu ya?” Donghae berkata dengan dingin pada Yoona. Sesaat Yoona Yoona kembali teringat wajah dan ucapannya tadi siang yang menyuruhnya mencari informasi di internet. Jelas orang ini menganggapnya reporter yang payah.

 

“Aku tadi sedang sibuk,” Yoona balas menyahut dengan ketus.

 

 “Sibuk mencari data di internet?” Donghae menatapnya dengan tatapan remeh. Benar-benar orang ini ! Yoona tidak menjawab apa-apa dan hanya balas menatapnya tajam.

 

“Kalau kau hanya akan bertanya hal-hal seperti itu, aku tidak bisa bekerja sama denganmu. Karen menyelamatkan nyawa berharga dihadapanku 1000 kali, 1000 kali lebih penting daripada menjawab pertanyaanmu itu,” Donghae menyelesaikan ucapannya sambil membayar makanannya di kasir. Ia lantas pergi meninggalkan toko itu tanpa melirik kearah Yoona sedikit pun. Eunhyuk yang menatap Yuri dan Yoona dengan bingung lalu hanya mengucapkan salam dengan kaku dan pergi mengikuti Donghae. Yuri kemudian menoleh pada Yoona dengan bingung.

 

“Apa dokter musuhmu itu yang tadi….”

 

          “Makanya lihat di Youtube !”

 

Yoona melampiaskan kekesalannya terhadap Donghae kepada Yuri dan ia menunjuk kearah lemari es yang memajang yoghurt itu dengan sebal.

 

“Dokter itu,  katanya ia adalah anak dari ketua yayasan rumah sakit ini. Wajah tampan, kemampuannya hebat, dan bahkan rasa sayang dan pedulinya pada bayi melebihi dokter-dokter wanita dirumah sakit ini. Kalau menyangkut masalah bayi, katanya ia punya pendirian yang kuat dan tidak takut dengan siapa pun, bahkan dengan kakeknya presiden pun ia berani melawan.”

 

Tiba-tiba Yuri bercerita dengan penuh semangat tentang dokter itu.

 

“ Tapi sepertinya ia adalah orang yang tidak bisa menilai situasi dan kondisi,”  Yoona menyahut dengan malas. Ia tidak terlalu peduli kalau Yuri sangat memuja dokter itu.

 

“ Bagaimanapun, katanya sifatnya juga sangat baik. Benar-benar semprna. Benar-benar lelaki idamanku. Tapi sebenarnya setiap orang juga menginginkan laki-laki seperti itu, iya kan?”

 

Yuri menggigit bibir sambil mengelus-elus perutnya.

 

“Harusnya waktu itu aku menggoda dokter itu saja.”

 

Yoona hanya berdecak tidak percaya. Kemudian Yuri menggelengkan kepalanya dengan wajah menyesal.

 

“Tapi mau laki-laki sehebat apapun, tetap saja mereka tidak bisa membuang sikap mereka yang kadang berubah seperti anjing, kadang seperti manusia. Dokter itu pasti juga seperti itu. Semua laki-laki seperti itu. Makanya aku memutuskan untuk menjadi single mom seperti ini.”

 

“Hebat sekali kau ini. Aku hanya penasaran siapa laki-laki yang sampai membuat Eonni membandingkan laki-laki dengan binatang.”

 

Yoona segera membungkuk dengan hormat kepada Yuri kemudian ia menatap kearah pintu yang tadi dilalui oleh Donghae dengan penuh emosi.

 

 

 

 

 

 

“Siapa perempuan itu?” Eunhyuk yang berjalan dibelakang Donghae menoleh sekilas kearah minimarket.

 

“Dia kan yang tadi kau panggil ‘ibu hamil nasional’ itu,” Donghae menjawab dengan asal.

 

“Bukan, perempuan yang disebelahnya itu….”

 

Melihat Eunhyuk terus menoleh kearah minimarket itu, Donghae ikut melirik kearah yang sama. Didepan Yoona, terlihat seorang wanita yang sednag hamil tua sedang memegang sebuah roti.

 

“Benar-benar ibu hamil ya,”

 

“Tapi, biasanya kan tidak mudah bagi ibu hamil untuk bergaya seperti itu… kelihatannya benar-benar profesional dan elegan.”

 

Eunhyuk menjilat bibirnya sambil memandang wanita itu dengan kagum. Wajahnya seolah melihat game keluaran terbaru.

 

“Jadi, sekarang kau tertarik pada ibu-ibu hamil?”

 

“Aku suka sekali melihat ibu hamil yang elegan seperti itu. Lihat tidak? Garis lehernya sempurna sekali.”

 

“Kau ini benar-benar cabul ya?”  Donghae menyipitkan matanya dan menatap Eunhyuk penuh selidik.

 

“Benar-benar wanita idamanku.”

 

Saat itulah, barulah Eunhyuk mengalihkan pandangannya dari ibu hamil itu dan melanjutkan langkahnya setelah mengepalkan tangannya sendiri dengan wajah menyesal.

 

“Kalau kau melihat kejadian tadi pagi, kau pasti tidak akan tertarik pada teman wanita si pembuat masalah itu.”

 

“Oh, iya. Harusnya aku juga melihat langsung kejadian heboh tadi pagi. Waktu muncul di TV juga seperti itu, dari cara munculnya saja sudah berbeda. Penuh kejutan, shocking. Pasti ia akan menjadi orang hebat,” Eunhyuk berkata kagum sambil menghela napas disaat yang bersamaan.

 

“Nah, kenapa kau tidak minta tanda tangan padanya?”

 

Donghae berjalan dan melirik sekali lagi kearah minimarket itu. Ibu hamil yang disukai Eunhyuk itu berjalan keluar dari minimarket sambil meminum sebotol yoghurt dengan lahap. Kemudian, Yoona yang berdiri didepan ibu hamil itu hanya diam dan mengawasinya. Donghae tiba-tiba merasa hatinya berat dan gelisah. Entah kenapa perempuan yang tadinya ia anggap menyenangkan itu kini terasa seperti beban baginya.

 

“Kalian beli apa ?” Tiffany tiba-tiba muncul dan menghampiri mereka berdua.

 

“Anak ini benar-benar cabul rupanya.” Donghae berkata dengan heran sambil melirik Eunhyuk.

 

“Hah?” Tiffany memandang Eunhyuk dengan bingung.

 

“Masa ia tertarik dengan ibu hamil.”

 

“Ibu hamil yang mana?”

 

“Yang dibelakang itu,” Eunhyuk menunjuk kearah minimarket tempat Yuri dan Yoona berada. Tiffany yang memperhatikan kedua orang itu dengan seksama ternyata mengenali mereka.

 

“Gayanya berbeda, kan,” Eunhyuk kembali menunjukkan rasa kagumnya.

 

“Benar juga. Ia adalah seorang fashion designer terkenal dan seorang single mom.”

 

“Apa? Janda?” Eunhyuk terkejut dan mendekat pada Tiffany. Matanya melotot lebar.

 

“Bukan, ia belum menikah.”

 

“Serius?” Eunhyuk kembali menatap ibu hamil itu dengan mata yang bersinar-sinar. Matanya bersinar seperti komet yang sedang melaju kencang.

 

“Kekhawatiranku seperti langsung sirna.”

 

Donghae hanya mendecakkan lidahnya melihat Eunhyuk seperti itu.

 

“Kenapa?” Tiffany bertanya padanya dengan tatapan ingin tahu.

 

“Dasar cabul.”

 

Donghar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Euhyuk yang seolah tersihir oleh ibu hamil yang bersama Yoona itu. Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi. Donghae menghentikan langkahnya dan mengeluarkan telepon genggamnya. Telepon itu dari ibunya. Donghae kembali memasang wajah murung. Donghae memberi isyarat pada Tiffany dan Eunhyuk untuk berjalan lebih dulu dan menjawab teleponnya dengan nada dingin sambil membalikkan badannya dan berjalan kearah yang berlawanan.

 

“Halo?”

 

“Tuan muda?”

 

Ternyata pembantu di rumahnya yang menghubunginya.

 

“Ya, ada apa?”

 

Baru sekali ini pembantunya menghubunginya sehingga perasaannya tidak enak.

 

“Nyonya tidak mau makan…”

 

Sesaat Donghaae merasa lega. Sepertinya ibunya tidak suka makan sendirian dan kesepian seperti itu. Namun, ia juga tidak ingin membujuk ibunya. Ia tidak pernah berbuat seperti itu sebelumnya.

         

“Sepertinya ibu sedang mual. Bibi kasih obat saja, atau pijit tangannya pelan-pelan…. Atau, bibi suruh ibu untuk puasa saja, karena saat sedang mual memang lebih baik puasa. Kalau begitu, sudah dulu ya, saya sibuk.”

 

Donghae hendak menutup teleponnya namun ia sesaat merasa ragu. Kemudian akhirnya ia segera menutup teleponnya. Padahal seharusnya ia bisa berkata ‘sebaiknya makan bersama ibu juga, temani ibu makan’. Tapi ia sudah terlanjur menutup telponnya. Donghae berusaha menghilangkan rasa gelisah yang tadi merasukinya. Ia mengangkat kepalanya dengan semangat dan melangkahkan kakinya cepat. Kepalanya terasa tambah sakit bila mengingat masalahnya dengan Yoona.

 

Donghae menghela napas begitu ia kembali ke ruang praktiknya. Kalau sampai perempuan itu tidak hamil, ternyata ia melakukan kesalahan fatal pada perempuan itu. Donghae menyalakan komputernya dan kembali mencari informasi tentang ibu hamil nasional itu. Mulai dari komentar yang sarkastik, yang blak-blakan memaki-makinya sebagai reporter yang tidak berguna, sampai video olok-olokkan yang sama sekali tidak lucu…. Donghae mengusap keringat dingin di wajahnya dengan tangan. Tadi ia memang sudah menganggap perempuan itu menyedihkan, tetapi rupanya dirinya sendiri pun sama menyedihkannya. Donghae menatap foto dirinya dan Yoona yang tengah ribut direstoran dengan serius. Ia kemudian mengetikkan sesuatu di keyboardnya.

 

 

 

 

 

 

Yoona kembali ke rental housenya untuk mengganti celananya dan segera keluar kembali. Saat itu, tiba-tiba telepon genggam disakunya berbunyi.

 

“Halo? PD Cho! Ah, iya, aku akan segera kesana!” Yoona menutup teleponnya dan bergegas berlari.

 

“Sepertinya kemampuan berlariku yang berkembang lebih dulu dibandingkan kemampuanku sebagai reporter. Hah, capek !”

 

Yoona sedang berlari terengah-engah ketika sebuah sepeda melaju melewatinya. Ketika ia melihat ke sekelilingnya, ternyata ada sebuah tempat penyewaan sepeda jauh didepannya.

 

Yoona mengikat sepedanya dipojok lapangan parkir dan segera berlari memasuki rumah sakit. Hari ini ia akan melakukan wawancara dengan Donghae. Yoona duduk didepan meja, berhadapan dengan Donghae, dan menatapnya dengan dingin. Donghae balas menatap wajah Yoona dengan berani, seolah menantangnya. Beberapa staf sibuk menyiapkan lokasi syuting didepan mereka. Seharusnya mereka berbincang-bincang ringan sebelum rekaman dimulai, agar wawancaranya bisa terlihat natural, tetapi keduanya tidak menunjukkan niatan itu. Donghae memandang celana baru yang dikenakan Yoona. Yoona mengalihkan pandangannya karena malas berbicara dengan Donghae dan saat itu ia melihat botol shake di atas meja Donghae. Donghae memperhatikan tatapn Yoona membuka mulutnya lebih dulu.

 

“Aku tidak sempat sarapan tadi.”

 

Siapa juga yang bertanya? Yoona menatapnya tajam.

 

“Karena kau sudah melihat daftar pertanyaannya, kau tinggal menjawabnya dengan santai. Kami akan mengeditnya dan menayangkannya di sela-sela acara.”

 

PD Cho berdiri sambil bersandar di meja yang terletak di antara Donghae dan Yoona dan menatap keduanya secara bergantian. Donghae dan Yoona menghindari tatapan PD itu dengan wajah pasrah. Sebelum mundur menjauhi mereka, PD itu berbisik ‘shoot’ pada mereka. Kemudian keduanya memasang senyum palsu dan mulai saling bertatapan.

 

“Apa ada alasan khusus mengapa Anda memilih untuk menjadi dokter kandungan?”

 

Donghae tersenyum kecil melihat Yoona yang memasang senyum lebar penuh rasa benci itu.

 

“Meskipun tidak ada bagian yang tidak penting dalam dunia kedokteran, dibandingkan bidang yang lain, saya lebih tertarik untuk mempelajari tentang spesialis kandungan ini. Saya banyak belajar tentang bagaimana perjuangan luar biasa seorang ibu saat persalinan dan saya sangat terharu saat menyambut bayi yang baru lahir didunia ini. Saya juga ingin membantu para ibu yang mengalami kesulitan dalam proses ini dan berharap dapat memberi kekuatan bagi ibu-ibu luar biasa yang ada didunia ini. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mendalami bidang ini.”

 

Bagi laki-laki ini, penghargaan tertingginya seperti terletak pada masalah ibu dan anak.

 

“Apa Anda sudah menikah?” Yoona bertanya dengan ramah.

 

“Tidak, saya belum menikah.”

 

Sepertinya sih seperti itu, kalau dilihat dari sifatnya yang tidak sabaran dan menyebalkan, batin Yoona. Ia kemudian tersenyum manis yang dibuat-buat.

 

“Berarti kalau Anda menikah nanti, Anda ingin sekali mempunyai anak ya?”

 

“Ya, itu adalah mimpi saya.”

 

Seketika mulut Yoona terbuka lebar.

 

“Anda ingin seperti itu?”

 

“Ya.”

 

Bersamaan dengan reaksi Donghae yang panic, terdengar suara ‘cut !’ dari PD Cho.

 

“Pertanyaan macam apa itu?” PD Cho terlihat kecewa.

 

“Aku juga tidak sengaja, maaf.”  Yoona pun terlihat panic. Ia pikir itu hanya ada didalam pikirannya, ternyata malah terlontar dari mulutnya. Donghae menatap Yoona dengan heran dan tidak percaya. Yoona lebih heran lagi dengan tatapanny yang seperti itu.

 

“Aku dengar, katanya laki-laki tidak tahan melihat istrinya sendiri melahirkan,” Yoona berkata pada Donghae dengan nada menuduh. Donghae semakin heran melihatnya.

 

“Kenapa tidak tahan? Itukan momen berharga, saat anakku sendiri lahir ke dunia ini. Tidak tahan karena darah segar yang berceceran kemana-mana? Kau lupa kalau itu pekerjaanku?”

 

Menyebalkan sekali dokter ini.

 

“Benar juga ya. Bahkan kau sampai melihat hal-hal yang lain, kan?” Yoona menyindirnya dengan kejadian memalukkan yang menimpa dirinya pagi itu. Donghae yang mengerti arah pembicaraan itu semakin kesal.

 

“Ya, itu kan salah satu fenomena fisik manusia yang paling dasar dan tidak bisa disalahkan. Bisa saja terjadi ditengah proses persalinan.”

 

“Hebat sekali kau ini, ya,” Yoona tidak tahu bagaimana lagi menyindir orang ini.

 

“Kalian akan terus bertengkar seperti ini… kalian berdua?” PD Cho tiba-tiba datang menghampiri mereka sambil melipat tangannya dan memandang dengan tidak sabar. Aku benar-benar ingin menghentikan acara ini.

 

 

 

Setelah mendekati jam pulang kantor, barulah wawancara berikutnya dapat dilaksanakan. Kali ini adalah giliran Tiffany. Wawancara dengannya berjalan lancar dan memuaskan. Setelah syuting, PD dan Tiffany saling mengucapkan salam. Para staf membereskan perlengkapan mereka dan Yoona mengucapkan salam padaTiffany.

 

“Terima kasih atas kerja samanya hari ini.”

 

“Kita pernah sebelumnya, kan?” Tiffany menatap wajah Yoona seolah familiar dengannya.

 

“Iya, salah satu Eonni kenalan saya adalah pasien dokter. Kemarin kita bertemu saat saya mengantar Eooni itu melakukan pemeriksaan USG,” Yoona tertawa canggung dan Tiffany hanya tersenyum.

 

“Kau tidak apa-apa?”

 

“Ya?”

 

“Aku dengar tadi pagi…”

 

Pertanyaan yang lebin memalukkan daripada julukan ‘ibu hamil nasional’

 

“Ah, iya..”

 

Apa harga dirinya terasa lebih terluka karena sesame wanita? Yoona tidak dapat menatap Tiffany secara langsung.

 

“Kau pasti merasa tidak nyaman dengan Dokter Lee, ya?”

 

Sepertinya dokter ini mengkhawatirkannya, pikir Yoona.

 

“Tidak apa-apa, ini sudah pekerjaanku.”

 

“Tenang saja, ia bukan orang yang pendendam. Oh, iya, namamu Yoona ya? Aku harap kau bisa memahaminya. Aslinya dia adalah orang yang sangat lembut pada wanita.”

 

Orang ini ingin pamer kalau laki-laki itu selalu bersikap lembut padanya, ya? Melihat gaya bicaranya, tidak salah lagi, sepertinya mereka berdua adalah kekasih.

 

“Iya, baiklah,” Yoona menjawab seadanya lalu keluar dari ruang periksa itu bersama dokter itu dan staf yang lain. Ketika Yoona hampir tiba di lobi, beberapa perawat dengan ranjang pasien berjalan-jalan tergesa-gesa melewatinya. Di atas ranjang itu terlihat seorang wanita yang pingsan, dan Donghae terlihat naik ke atas ranjang pasien itu. Ia sedang melakukan CPR sambil menekan-nekan dada pasien itu.

 

Yoona terkejut dan panic melihat Donghae yang banjir keringat dan mengerahkan segala tenaganya untuk menyelamatkan wanita itu. Ia merasa asing karena tidak pernah melihat wajah seserius itu sebelumnya.

 

“Kau bisa pegang alat itu dengan benar tidak?” Donghae yang masih menekan dada pasien diatas ranjang yang melaju itu berteriak kepada seorang perawat yang memegangi alat bantu pancu jantung disampingnya. Yoona hanya menatapnya menjauh dengan bengong dan kagum. Tiba-tiba staf disampingnya langsung mulai berlari mengikuti Donghae dan pasien itu.

 

“Yoona !” PD Cho sudah berlari duluan dan memanggilnya.

 

“Ah, iyaa !”

 

Saat itu, Yoona yang tersadar kembali dari lamunannya barulah mulai berlari mengikuti mereka.

 

Setelah tiba didepan ruang operasi, Yoona menyeruak diantara para perawat dan berhasil masuk ke ruangan itu. Sementara dibelakangnya, staf yang lain berusaha mengambil gambar dengan berhati-hati agar tidak mengganggu dokter dan para perawat itu.

 

“Apa yang terjadi?” Yoona bertanya dengan hati-hati sambil menatap pasien yang tidak sadarkan diri itu. Ranjang dibagian kaki pasien itu sudah berlumuran darah. Kemudian ia melihat kearah Donghae yang masih sibuk melakukan tindakan CPR.

 

“Perutnya tertusuk kaca dan besi, dan wanita ini sedang hamil,” Suster Kim menyahut pertanyaannya dengan cepat. Yoona seketika itu membelalakkan matanya seolah ia dapat ikut merasakan penderitaan pasien itu.

 

“Pe…perutnya? Lalu, bayinya?”

 

“Maaf. Kami harus pergi.”

 

Suster Kim bergegas mendorong ranjang itu memasuki ruang operasi. Yoona berhenti tepat didepan pintu yang tertutup dihadapannya. Sementara kamera tetap sibuk berusaha mengambil gambar ruang operasi itu dari sela-sela pintu sebelum tertutup sepenuhya.

 

 

 

….

 

 

 

Ditengah para perawat yang berdiri mengelilingi meja operasi, terlihat Donghae dan Eunhyuk tengah berdiri berhadapan.

 

“Rahimnya hancur. Pendarahannya juga parah. Sepertinya rahimnya harus segera diangkat ya?” Eunhyuk yang sudah mengenakan masker diwajahnya berkata dengan pahit. Donghae yang juga sudah siap dengan maskernya mengerutkan alisnya sejenak. Kemudian ia bertanya, “Dia sudah punya anak?”

 

Eunhyuk menoleh kepada perawat disampingnya. Perawat itu menggelengkan kepalanya dan Eunhyuk kemudian mengangguk pada Donghae. Donghae menghela napas, dan berkata dengan berat, “Angkat.”

 

 

 

Donghae keluar dari ruang operasi dengan perasaan tidak karuan dan tidak seperti biasanya, ia agak terkejut saat melihat Yoona dan beberapa staf sedang menunggu didepan pintu operasi.ia tidak terlalu ingin berbicara dengan mereka disituasi seperti ini. Donghae melepas masker dalam diam dan melangkahkan kakinya sambil berharap mereka tidak mengajaknya berbicara. Tiba-tiba kamera langsung menghampirinya yang diikuti dengan pertanyaan Yoona.

 

“Operasi apa yang tadi Anda lakukan.”

 

Muak rasanya. Donghae tidak menjawab pertanyaan itu dan menoleh kepada Suster Kim.

 

“Keluarganya?”

 

“Suaminya ikut mengalami kecelakaan, sekarang sedang dioperasi dibagian bedah.”

 

Donghae menghela napas. Ia tahu Yoona sedang memperhatikan dirinya saat ini disampingnya. Donghae yang awalnya ingin tetap berjalan meninggalkannya akhirnya menghentikan langkah.

 

“Operasi pengangkatan rahim.”

 

“Pengangkatan rahim… kenapa?”

 

Kalau disuruh untuk mencari jawabannya di internet lagi, sepertinya reporter ini akan mengamuk. Donghae akhirnya menjawab dengan sisa-sisa kesabarannya.

 

“Pasien itu hamil 12 minggu. Mobil yang ia kendarai tertimpa muatan kawat besi yang dibawaa oleh sebuah truk saat berusaha melewati truk itu. Kawat besi yang terlepas dari truk itu memecahkan kaca mobilnya dan mengenai perutnya. Rahimnya terluka parah sehingga pendarahannya pun parah.”

 

“Astaga, lalu anaknya…” Yoona bertanya seolah menjerit ketakutan. Donghae tidak menyahut kembali. Ia lantas melangkahkan kakinya kembali.

 

“Apa ia sudah menikah, apa ia sudah punya anak?”

 

Mendengar pertanyaan Yoona yang mendadak seperti itu, Donghae berhenti dan menoleh padanya. Ia menatap mata Yoona yang penuh kekhawatiran dan berkata dengan datar.

 

“Silahkan periksa data pribadi pasien.”

 

Donghae menganggukkan kepalanya sebagai ucapan salam dan berbalik meninggalkan mereka. Panic. Pikirannya kalut. Reporter yang biasanya bertanya ‘penyakit apa ini, penyakit apa itu’ ditengah situasi darurat, sekarang malah bertanya hal-hal seperti itu. Setelah dipikir-pikir, ternyata perempuan itu masih punya hati juga.

 

 

 

….

 

 

 

Yoona menjulurkan mikrofon dengan tangannya dan menatap punggung Donghae yang pergi menjauh dengan sedih. Ia teringat ekspresinya saat sedang melakukan CPR dan berusaha menyelamatkan pasien itu sebelum operasi. Ia terlihat sama kehilangannya seperti pasien yang kehilangan rahimnya. Apa dia benar-benar laki-laki yang begitu peduli pada ibu hamil dan bayinya? Kalau begitu, pantas saja ia bertindak seperti kejadian direstoran saat itu.

 

Tentu saja Yoona tahu bahwa kamera dibelakangnya masih merekam adegan pundaknya yang tergantung lemas dan punggung Donghae yang berjalan menjauh sehingga Yoona tetap diam berdiri mengawasi Donghae ditempat itu selama beberapa saat.

 

“Ternyata itu kehamilan pertamanya, pasien itu,”  PD Cho yang mengecek data pribadi pasien dari para perawat berkata dengan berat.

 

“Kalau ia belum pernah melahirkan dan sudah harus kehilangan rahim nya pasti ia akan merasa kehilangan. Iya kan?”

 

Baekhyun yang membawa kamera disebelahnya pun ikut berkata dengan nada prihatin. Yoona hanya diam tertegun sambil mendengarkan ucapan mereka. Wajah Donghae saat melakukan CPR dan punggungnya yang berjalan menjauh dengan lesu tidak bisa pergi dari pikirannya.

 

“Pertanyaanmu tadi bagus. Sangat manusiawi. Bagus, bagus.”

 

PD Cho menepuk-nepuk pundak Yoona. Yoona yang masih tertegun selama beberapa saat lalu mengeluarkan telepon genggamnya. Ia ragu sejenak , kemudian menundukkan kepalanya.

 

Yoona menatap langit senja yang mulai gelap dari teras rumah sakit. Kemudian ia menekan tombol di telepon genggamnya  dan mendekatkan ke telinga dengan wajah murung.

 

“Bibi,” Yoona tengah menatap matahari senja dan merasakan angina musim gugur menerpa tubuhnya. Suaranya terdengar lebih murung dan lesu.

 

“Ada apa? Bukankah kemarin kau senang karena akan tidur diluar?” bibinya menjawab telepon dengan ketus.

 

“Bibi sedang apa?”

 

Yoona dapat membayangkan sosok bibinya yang sedang menjawab teleponnya. Entah kenapa, ia tiba-tiba merasa kasihan pada bibinya.

 

“Melipat baju. Ada pakaian dalammu juga ini,” bibi tertawa datar.

 

“Sudang usang?”

 

“Masih bagus.”

 

“Punya Bibi, maksudku,” Yoona semakin memelankan suaranya.

 

“Kenapa, kau mau membelikan yang baru?” terdengar suara bibi yang tertawa sambil mendengus pelan.

 

“Iya. Bibi suka warna merahkan?”

 

“Memangnya kalau aku pakai warna merah, lantas mau ditunjukkan ke siapa?”

 

Bibinya kembali terkekeh pelan. Ucapan bibinya itu semakin membuat hatinya sakit. Yoona menatap langit dan menarik napas panjang. Pandangannya mulai buram.

 

“Kenapa Bibi tidak menikah saja?” Yoona bertanya dengan muram.

 

“Apa?”

 

“Kan lebih baik Bibi menikah saja, tidak usah memedulikan kami.”

 

Yoona dapat merasakan matanya memanas. Ia memang pernah merasa kasihan pada bibinya yang tidak menikah, tetapi baru kali ini ia merasa hatinya sakit mengingat bibinya itu.

 

“Kau sekarang, kau mau mengusirku karena sudah tidak membutuhkanku ya?”

 

Yoona sama sekali tidak keberatan mendengar ucapan ketus bibinya.

 

“Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin Bibi menyesal nantinya. Kalau Bibi juga punya anak…” ucapan Yoona tercekat dan terhenti.

 

“Sudah, jangan berisik. Kalau aku punya anak pun, paling-paling anaknya seperti kau atau Sehun. Anak ini aneh sekali tiba-tiba menelpon dan berkata seperti ini. Kalau tidak ada yang mau kau bicarakan lagi, sudah ya. Bibi mau menyiapkan makan malam,” bibi berkata dengan nada kesal. Apa ia benar-benar merasa kesal seperti suaranya itu?

 

“Ya sudah.” Yoona menyahut dengan lemas.

 

“Kau sudah makan belum?”

 

Apa bibi sekarang sudah mengerti maksud hatinya? Tidak biasanya bibi menanyakan hal seperti ini.

 

“Tentu saja. Makanan di kantin rumah sakit ini enak-enak.”

 

“Baguslah. Pasti kau senang kan karena tidak ada yang mengomelimu?”

 

Suara bibinya itu terdengar lucu ditelinga Yoona.

 

“Tentu saja.” Yoona balas menyahut dengan ketus.

 

“Ya sudah, tutup dulu ya.”

 

Bibi langsung menutup teleponnya begitu saja. Yoona mengatupkan bibirnya dan menjauhkan telepon itu dari telinganya. Kalau saja bukan karena masalah keluarga, pasti bibi sudah menikah. Katanya ia tidak bisa menikah dan meninggalkan keluarganya…. Yoona teringat kembali perkataan bibinya yang selalu mengeluh mengenai dirinya dan adiknya. Ia juga teringat perkataan ayahnya yang merasa menyesal melihat bibi seperti itu. Saat itu ayahnya berkata, sewaktu keluarganya masih hidup berkecukupan, banyak yang ingin melamar bibi. Tetapi setelah sekarang semuanya hancur, bibi pun tetap disuruh menikah meskipun hanya dengan seorang peternak sapi. Setidaknya ia tidak akan mati kelaparan. Tetapi bibi tetap menolak dan bersikeras tidak ingin menikah. Saat itu bibi berkata tidak akan meninggalkan Yoona dan Sehun yang saat itu masih kecil. Seandainya ibunya masih hidup, seandainya neneknya tidak sakit.

 

Yoona yang awalnya menganggap pasanganlah yang terpenting dalam pernikahan, kini merasa bahwa perbedaan antara menikah atau tidaknya lah yang memengaruhi kebahagiaan seseorang. Lalu, perbedaan antar “melahirkan anak”, “tidak melahirkan”, dan “tidak bisa melahirkan”. Ia kemudian menyandarkan lengannya dipagar teras dan terus menatap matahari yang warna kemerahannya seolah merasuk ke hatinya.

 

 

 

….

 

 

 

Yoona melangkahkan kakinya dengan berat kearah lobi rumah sakit bagian kandungan dan melihat suasana lobi yang ramai. Beberapa orang separuh baya, yang terlohat seperti anggota komite rumah sakit mengenakan jas putih dan berjalan menuju ruang rapat dengan wajah muram.

 

“Ada apa lagi?”  Yoona menghadang Baekhyun yang berjalan melewatinya dan bertanya.

 

“Dokter itu mengeluarkan surat permintaan maaf.”

 

“Surat permintaa maaf? Siapa?” Yoona bertanya sambil membelalakkan matanya. Tepat saat itu, Donghae datang dan memasuki ruang rapat dengan wajah serius.

 

“Dokter itu,” Baekhyun menunjung Donghae yang menghilang dibalik pintu rapat.

 

“Permintaan maaf apa?” Yoona bertanya dengan bingung.

 

“Tentang kau. Masa kau lupa? Tentang kejadian itu lho,” Baekhyun menatap Yoona seolah berkata ‘kau tida ingat?’.

 

Kejadian apa? Sesaat Yoona teringat kembali dengan kejadian direstoran waktu itu. Yang benar saja, ia akan meminta maaf tentang hal itu, sekarang?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TBC…

 

LEAVE YOUR COMMENT…

 

Pos ini dipublikasikan di yoonhae dan tag . Tandai permalink.

24 Balasan ke CHEEKY ROMANCE_YOONHAE VER. (7)

  1. Densil son3 berkata:

    Akhirny di post juga,,,next part jngn lama”,,,penasaran…

  2. nami yuri berkata:

    Akhirnya di lanjut juga, sedih bacanya

  3. sasumimeida berkata:

    ya ampunn gak tega banget sama yoona kayanya hidupnya susah banget, terus sampe kapan donghae sama yoona berantem terus?gak cape apa hahaha
    next part nya ditunggu jangan lama” yahh chingu wkwkwk

  4. lama banget nih baru post thorrrrrr…….hub yoonhae kayak nya daglh mulai adem nihhhhhh…..next thorrrrrr

  5. Lin berkata:

    Setelah sekian lama menunggu akhirnya dipost juga…
    Kapan hubungan yoonhae membaik next jgn lama”

  6. regina berkata:

    sedih,,, kasian bgt ibu yg hamil itu baru hamil anak pertama tp harus di gugurin dan rahimnya pun harus diangkat karena rusak 😦

    YoonHae momentnya msh kurang, YoonHae msh blm bs akrab msh berantem terus, di tunggu next chap-nya thor…

  7. emaesa berkata:

    jadi donghae udah tau kalok yoona tdk hamil,, dan dongek minta maaf ..
    lanjut authorr ..

  8. Pyros berkata:

    Lanjut. Jgn kelamaan thor

  9. Citrachuuu berkata:

    Akhirnya dipost juga….
    berat banget kehidupan Yoona,kasian gak dikantor gak dirumah sakit dia selalu dimarahi.huh
    ditunggu next partnya thor…fighting

  10. lnjt eon ini ff kocak
    maaf bru tinggalin jejak

  11. Rani Permatasari berkata:

    ini mnyedihkn-_-

  12. HaeNy Choi93 berkata:

    Alhamdulillah. #sujudsyukur
    akhirnya di lanjuin juga ini ff..
    Part in bener2 bikin tegang n nyesek..
    Nyseknya tuh,, Yoona, kasihan amat sih jdi dia, perasaan hidupnya begitu2 amt, dpt malu sana sini, pengen banget, dia bisa sukses, n satu lgi jangan berantem2 mulu sama Donghae, kagak capek ap??
    Next partnya ditunggu chingu..
    Jangan lama2 ya? Pliiiiiiisssssss

  13. Santi PyrotecnicsElfYoonhaesuju berkata:

    Akhr’y stlh skian lma menunggu nih ff di lanjut jga,,

    oh ya blm ada sdktpun tanda” Yoona/Donghae sling simpati, hmm kra” gmna ya klnjutan’y pnsran bgt, oh ya tpi ada bbrpa typo seperti “menunjung” otu mksd’y mnunjuk kn,, dan apa lgi ya lpa hehe,,

    tpi kslrhan crta’y bgs, next part’y jgn lma” ya 😀

  14. LoveLy_pyRos berkata:

    stlah skian Lma mNnggu akhr’y d post jg…!? kzian ibu hamiL itu hRz khiLngn rahim’y..!? apa yoona muLai simpatik ma donghae…!? dtnggu part sLnjut’y…

  15. saniharu berkata:

    yoona uda mulai simpati ke donghae ni..
    ditunggu kelanjutannya thor

  16. yoonhae shipper (Rhiana) berkata:

    Gmn cra donghae mbt maaf sma yoona??
    Ditunggu klnjtn ny yah thor!!hee
    🙂

  17. blueharu_ berkata:

    duh, kok donghae ngajuiin permintaan maaf sih?
    momen wktu yoona nelpon bibinya sweet bangetT.T
    next chap jgn lama ya, fighting^^

  18. vhya elfishyoonaddict pyrotechnic berkata:

    hah.
    Nasib yoong bener” ngenes banget.
    Kasihan deh.

    Yoonhae berantem mulu deh.
    Next ditunggu.
    Fighting.

  19. renai berkata:

    akhirnya dipost juga kkk
    hm sprtinya dh sama yoona tengkar mulu yak.
    Nah loh, hyukjae suka yuri..
    Okay.. Ditunggu lanjutannya thor. Hwaiting! n.n

  20. Rahma berkata:

    Ngenes banget jadi yoona,
    yoonhae juga berantem mulu,
    lanjut thor

  21. ziieziie berkata:

    eunhyuk mesumnya dirimu -.-v
    haha dimanapun tempatnya berantem aja ckckk
    yoona pst sukses tuh tgl tunggu waktu aja 😀
    tp ini crt ttp lanjut kan ya? yaya wlwpn yoona udh ada yg punya ;_;

  22. mita berkata:

    akh!!! aku bisa gila karna penasaran nextx gmn. hehehe fighting!!!!

  23. agustina berkata:

    wahb baru baca… tapi akhirnya dipost juga ni ff.. hehehe lama chingu nunggunya…
    oh y… ditunggu kelanjutannya y.. jgan lma”… hehehe 😀

  24. LoveLy_pyRos berkata:

    chingu ko klnjutn’y lum d publis…!? kpan d publis’y aq tnggu ya

Tinggalkan Balasan ke regina Batalkan balasan